Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
Untuk dapat selalu menjaga kualitas produk dan proses yang berjalan di sebuah perusahaan, seorang pengelola perlu memahami benar praktek penerapan QA atau quality assurance, dan QC atau quality control. Namun pertama, mari pahami dulu perbedaan QA dan QC secara singkat di bawah ini.
Keduanya merupakan bagian dari rencana manajemen kualitas atau mutu sebuah perusahaan. Ketika dilaksanakan dengan efektif, maka kontribusinya akan cukup besar dalam keberhasilan sebuah proyek atau operasional produksi.
Perbedaan QA dan QC secara Singkat
1. Pengertiannya
Quality assurance adalah semua proses sistematis yang menentukan apakah produk atau layanan telah memenuhi syarat yang ditentukan atau belum. Fokusnya terletak pada prosedur produksi dan proses yang terjadi untuk membuat barang tersebut.
Quality control di sisi lain adalah seluruh rangkaian kegiatan yang secara efektif dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, dan meningkatkan kualitas dari produk. Tujuannya memastikan kualitas produk yang dijual sesuai dengans tandar perusahaan.
2. Fokus Kerjanya
Secara praktis QC akan berfokus pada pemeriksaan atau inspeksi pada produk untuk memastikan sebuah produk yang siap dipasarkan tidak memiliki kecacatan. Produk akan dipastikan sempurna sebelum dinyatakan layak untuk dijual.
QA akan berfokus pada rangkaian proses sistematis untuk memastikan produk memenuhi persyaratan. Yang dinilai adalah kesesuaian proses yang dilakukan dengan standar yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat menghasilkan produk yang memenuhi syarat.
3. Tujuan Utama Keduanya
Quality assurance akan berfokus pada proses, sehingga tujuannya yang utama adalah menghindari terjadinya kesalahan pada produk yang dihasilkan setelah semua tahapan produksi dijalankan.
QC memiliki tujuan utama memastikan semua produk sesuai dengan kualitas perusahaan. Penilaian dilakukan di fase akhir, saat produk selesai menjalani semua tahapan produksi dan tepat sebelum dilempar ke pasar untuk dijual.
4. Cara Kerjanya
Pada bagian QA, cara kerjanya adalah dengan membuat system management untuk menjadi tolak ukur kualitas perusahaan. System management ini kemudian dapat diaplikasikan pada beberapa pos kerja dengan konteks berbeda.
Sementara pada QC, cara kerjanya adalah dengan mencari sumber permasalahan dan melakukan perbaikan dengan perlawatan yang ada. Jadi intinya bukan pada langkah pencegahan, tapi lebih kepada langkah mengatasi kekurangan pada produk.
5. Siapa yang Terlibat?
Pihak yang terlibat dalam pekerjaan QA adalah setiap orang yang ada di dalam tim. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan berbagai perspektif, sehingga prosedur yang diterapkan benar-benar sempurna dan dapat menghasilkan produk yang diharapkan.
Pad QC, pihak yang terlibat dalam pekerjaannya adalah tim pengujian yang memiliki kualifikasi tertentu. Tim ini akan bertanggungjawab atas prosedur QC, dan laporan dari proses kontrol yang dilakukan.
Cermati Contoh Penerapannya dalam Operasional Bisnis
Dalam operasional bisnis sebenarnya kedua proses dan pekerjaan ini tidak akan pernah hilang, selama perusahaan ingin terus mengembangkan produk dan mengembangkan kualitas proses yang dimilikinya.
Namun demikian, quality assurance dan quality control hadir dalam bentuk yang berbeda di perusahaan. Masing-masing hadir dalam konteks dan fokusnya masing-masing, dan berjalan berkesinambungan untuk membantu perusahaan berpegang teguh pada standar kualitas yang dimiliki, baik dalam proses maupun dalam produk akhir yang dimilikinya.
Contoh Penerapan Quality Assurance dalam Bisnis
Pertama terkait dengan contoh penerapan QA dalam bisnis. Bentuk dari QA sendiri bisa beragam, mulai dari penyusunan dan ketaatan pada standard operating procedure atau biasa dikenal dengan SOP, kemudian proses dokumentasi proses, melakukan checklist pada proses yang dijalankan, dan lain sebagainya.
Setiap kegiatan di atas berfokus pada proses yang terjadi, berupaya menyusunnya dengan cermat dan teliti, mengontrol selama proses ini berjalan, dan memperhatikan hasil akhir dari proses ideal yang telah disusun. Jika terjadi kesalahan pada produk, maka proses akan diteliti ulang dan diperbaiki, sehingga di masa yang akan datang kesalahan ini tidak lagi muncul dan tidak menjadi pos kerugian perusahaan.
Contoh Penerapan Quality Control
Perbedaan QA dan QC secara praktis juga terlihat pada contoh penerapannya di dalam bisnis. Jika QA diterapkan dengan apa yang dijelaskan di poin sebelumnya tadi, maka QC diterapkan dengan proses pengujian, peer review, inspeksi, pengambilan sampel produk, dan lain sebagainya.
Fokusnya adalah pada evaluasi produk akhir yang dihasilkan oleh bisnis sebelum dilanjutkan pada proses berikutnya. Hasil dari QC sendiri dapat berupa laporan kualitas produk, dan sesuai atau tidaknya produk tersebut pada standar yang telah ditetapkan dan diharapkan oleh perusahaan.
Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.
Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:
Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya
Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?
Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.
Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.
Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?
Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.
Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.
Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).
Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?
Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!
Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.
Mengetahui klasifikasi area berbahaya merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan kerja karena dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi. Kecelakaan kerja dapat memiliki dampak negatif yang serius, termasuk cedera fisik yang parah atau bahkan kematian bagi pekerja yang terlibat.
Selain itu, kecelakaan juga dapat merugikan perusahaan dengan menyebabkan kerusakan pada peralatan dan properti, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan biaya medis dan kompensasi yang tinggi.
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja
Menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja:
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah tanggung jawab bersama. Keselamatan kerja merupakan prioritas yang harus dipegang oleh semua pihak terlibat, baik manajemen perusahaan maupun para pekerja. Dengan memahami klasifikasi area berbahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang serius.
Dan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti pelatihan keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan prosedur keselamatan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua.
Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.
Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.
Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.
Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.
sumber : alodokter