Mengenal Apa Itu KWH Meter?
Safety K3

Mengenal Apa Itu KWH Meter?

06 Maret 2023

PLN sebagai penyedia energi listrik terbesar di Indonesia telah membuat sistem penyaluran listrik yang kompleks dan baik. Penyaluran listrik tersebut dimulai dari pembangkit hingga sampai ke pelanggan.

Ada dua jenis pelanggan PLN yaitu pelanggan rumah tangga dan industri. Pada pelanggan rumah tangga, listrik yang digunakan adalah listrik tegangan rendah 380 volt atau 220 volt.

Untuk mengukur dan menghitung pemakaian listrik pelanggannya, PLN memasang alat yang bernama kWh Meter. Alat tersebut melakukan perhitungan daya listrik setiap saat dan dilakukan pencatatan setiap bulannya oleh petugas PLN.

Apa Itu KWH Meter?

KWH Meter (Kilo Watt Hour Meter) merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk mengukur dan menghitung konsumsi daya listrik yang digunakan. Alat ini biasa juga disebut sebagai meteran listrik.

Pada sebuah KWH Meter terdapat angka-angka yang menunjukkan besarnya konsumsi daya listrik yang telah digunakan. Pembacaan KWH Meter pasca bayar bersifat komulatif, artinya hanya dihitung/dibaca pada setiap bulannya saja. Pembacaannya dilakukan dengan mengurangi angka di bulan ini dengan bulan sebelumnya, sehingga didapatkan total daya listrik yang telah digunakan.

PLN mengistilakan kWh meter sebagai APP (Alat Pembatas dan Pengukur) yang digunakan untuk membatasi daya listrik dan mengukur energi listrik pada sistem prabayar atau pasca bayar.

Gambar KWH Meter

gambar kwh meter

Setidaknya ada tiga jenis kWh meter yang biasa ditemukan di Indonesia yaitu kWh meter analog, digital dan smart meter. Nah gambar di atas merupakan gambar jenis meteran listrik yang dimaksud.

Simbol KWH Meter

simbol meteran listrik

Di dalam gambar diagram garis tunggal (single line diagram) dan diagram pengawatan (wiring diagram) instalasi listrik, meteran listrik memiliki simbol tersendiri. Gambar di atas merupakan simbol kWh meter dalam instalasi listrik.

Fungsi KWH Meter

Fungsi kWh meter adalah untuk mengukur penggunaan daya listrik. Dengan adanya perangkat listrik ini maka besar/banyaknya konsumsi daya listrik yang digunakan dapat diketahui.

Istilah lain bagi PLN untuk kWh meter adalah APP (Alat Pembatas dan Pengukur). Alat ini selain digunakan untuk mengukur energi listrik, juga berfungsi untuk membatasi daya listrik yang digunakan oleh pelanggan.

Oleh karena itu pada sebuah kWh meter yang dipasang oleh PLN telah dilengkai MCB (Miniature Circuit Breaker) yang salah satu fungsinya adalah akan trip sehingga memutuskan aliran listrik ketika penggunaan daya telah melewati batas.

Artikel Lainnya

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?
Safety K324 Agustus 2023

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

1. Control Panel Fire Alarm

Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.

Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.

Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.

2. Audible Visual Fire Alarm

fire alarm horn strobe

Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.

  • Audible berupa perangkat yang akan memberikan peringatan berupa suara sirine, klakson, maupun seperti lonceng.
  • Strobe cenderung memberikan peringatan bahaya kebakaran melalui kedipan lampu. Jadi, misal terdeteksi kebakaran, Strobe ini akan mem-flash lampu tanda bahaya kebakaran tanpa dengan adanya peringatan suara.
  • Horn Strobe merupakan komponen peringatan kebakaran yang banyak digunakan. Jadi, horn strobe ini akan menggabungkan antara alarm audible dengan strobe. Sehingga, nanti jika terjadi kebakaran akan ditandai dengan peringatan suara yang disertai dengan kedipan lampu bahaya.

Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.

3. Power Supply

power supply fire alarm

Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.

Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya
Safety K323 September 2024

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.

Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.

Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup
    Area dengan risiko tinggi yang hanya boleh diakses oleh personel yang berwenang dan terlatih. Contoh termasuk ruang mesin yang berbahaya atau area dengan bahan kimia beracun.
  2. Area Berbahaya Terbatas
    Area dengan risiko sedang yang memerlukan izin khusus untuk masuk dan harus mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan. Ini mungkin mencakup area yang mengandung mesin bergerak atau bahan kimia berbahaya yang tidak seaman area tertutup.
  3. Area Berbahaya Umum
    Area dengan risiko rendah yang dapat diakses oleh semua orang, tetapi tetap memerlukan kewaspadaan dan kepatuhan terhadap rambu-rambu keselamatan. Contohnya adalah area kerja umum di sebuah pabrik yang memiliki potensi bahaya seperti jalan raya di dalam pabrik atau area penyimpanan bahan kimia yang aman.
  4. Area Bahaya Tersembunyi
    Area dengan bahaya yang tidak terlihat, seperti paparan radiasi, bahan kimia berbahaya, atau bahaya ergonomis. Contohnya adalah ruang bawah tanah yang mungkin memiliki gas beracun atau ruang yang terpapar radiasi tanpa peralatan pelindung yang tepat.
  5. Area Berbahaya Sementara
    Area dengan bahaya yang muncul sementara, seperti pekerjaan konstruksi atau pemeliharaan. Contohnya adalah area yang sedang direnovasi di dalam sebuah gedung atau lokasi pembangunan jalan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan
    Area dengan bahaya yang permanen, seperti area dengan ketinggian, mesin bergerak, atau bahan kimia berbahaya yang tersimpan. Contohnya adalah area produksi di pabrik dengan mesin bergerak yang beroperasi secara terus-menerus atau gudang penyimpanan bahan kimia yang memiliki risiko kebocoran atau tumpahan.

Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya

Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup:
    • Memasang signage peringatan yang jelas: Signage harus mencakup informasi tentang bahaya yang ada di area tersebut untuk memperingatkan orang agar berhati-hati.
    • Membatasi akses dengan kunci atau sistem keamanan: Ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat memasuki area tersebut.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada personel yang berwenang: Pelatihan harus mencakup pemahaman tentang bahaya yang terkait dengan area tersebut, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti.
  2. Area Berbahaya Terbatas:
    • Memasang signage peringatan: Sebagai tanda peringatan bagi semua orang yang masuk ke area tersebut.
    • Menerapkan sistem izin masuk: Untuk memastikan bahwa hanya orang yang memenuhi syarat yang dapat memasuki area tersebut.
    • Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai: Memastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dengan risiko di area tersebut.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan penggunaan APD.
  3. Area Berbahaya Umum:
    • Memasang signage peringatan: Untuk meningkatkan kesadaran pekerja dan pengunjung terhadap bahaya potensial di area tersebut.
    • Memberikan edukasi dan pelatihan keselamatan kepada pekerja: Untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bahaya dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Menerapkan prosedur keselamatan yang jelas: Agar semua orang tahu apa yang diharapkan dari mereka dalam hal keselamatan di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin: Untuk memastikan bahwa area tetap aman dan memperbarui tanda peringatan jika diperlukan.
  4. Area Bahaya Tersembunyi:
    • Melakukan identifikasi dan penilaian bahaya: Untuk mengetahui risiko yang terkait dengan area tersebut.
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari adanya bahaya yang mungkin tidak terlihat.
    • Menerapkan kontrol teknik dan administratif: Seperti isolasi peralatan berbahaya atau penjadwalan kerja yang aman.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang tersembunyi.
  5. Area Berbahaya Sementara:
    • Memasang signage peringatan: Untuk memperingatkan orang tentang bahaya yang mungkin hadir di area tersebut.
    • Membatasi akses dengan barikade atau sistem keamanan: Untuk mencegah orang masuk tanpa izin.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada pekerja yang terlibat: Agar mereka memahami risiko yang terkait dengan pekerjaan sementara dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan:
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari bahaya yang ada dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
    • Menerapkan sistem kontrol teknik: Seperti guardrails atau interlock devices untuk mengurangi risiko.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang ada di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin dan pemeliharaan berkala: Untuk memastikan sistem keselamatan tetap berfungsi dengan baik dan area tetap aman dari bahaya.
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja
Safety K327 September 2024

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Mengetahui klasifikasi area berbahaya merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan kerja karena dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi. Kecelakaan kerja dapat memiliki dampak negatif yang serius, termasuk cedera fisik yang parah atau bahkan kematian bagi pekerja yang terlibat.

Selain itu, kecelakaan juga dapat merugikan perusahaan dengan menyebabkan kerusakan pada peralatan dan properti, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan biaya medis dan kompensasi yang tinggi. 

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja:

  1. Komitmen manajemen untuk keselamatan kerja
    Manajemen harus memberikan komitmen yang kuat untuk keselamatan kerja dengan menetapkan kebijakan, memberikan sumber daya yang cukup, dan mendukung upaya keselamatan.
  2. Melibatkan pekerja dalam identifikasi bahaya dan penilaian risiko
    Pekerja adalah sumber informasi yang berharga tentang kondisi di tempat kerja. Libatkan mereka dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang potensi bahaya di tempat kerja.
  3. Menyediakan pelatihan keselamatan kerja yang berkelanjutan
    Memberikan pelatihan keselamatan kerja yang terus-menerus kepada semua pekerja untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap bahaya dan cara mengurangi risiko di tempat kerja.
  4. Menerapkan dan memelihara program K3 yang efektif
    Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dirancang dengan baik, diterapkan secara konsisten, dan diperbarui sesuai dengan perubahan kondisi di tempat kerja.
  5. Melakukan inspeksi rutin dan audit keselamatan kerja
    Lakukan inspeksi rutin untuk mengidentifikasi bahaya potensial dan memastikan bahwa semua tindakan pencegahan telah diterapkan dengan benar. Audit keselamatan kerja juga penting untuk mengevaluasi efektivitas program K3.
  6. Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku kerja yang aman
    Berikan penghargaan dan pengakuan kepada pekerja yang berkontribusi pada keselamatan kerja dengan mematuhi prosedur keselamatan, mengidentifikasi bahaya, atau memberikan saran untuk meningkatkan keselamatan.

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah tanggung jawab bersama. Keselamatan kerja merupakan prioritas yang harus dipegang oleh semua pihak terlibat, baik manajemen perusahaan maupun para pekerja. Dengan memahami klasifikasi area berbahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang serius.

Dan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti pelatihan keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan prosedur keselamatan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua.

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash
Safety K322 Agustus 2024

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash

Untuk mencegah terjadinya arc flash dan mengurangi risiko cedera atau kerusakan, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan:

  1. Melakukan Inspeksi dan Pemeliharaan Sistem Kelistrikan Secara Berkala: Inspeksi rutin dan pemeliharaan sistem kelistrikan adalah kunci untuk mendeteksi dan mengatasi potensi masalah yang dapat menyebabkan arc flash. Ini termasuk pemeriksaan terhadap kondisi isolasi kabel, penggantian peralatan yang rusak atau aus, serta pemeliharaan sistem grounding yang baik.
  2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang Tepat: Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai sangat penting saat bekerja dengan sistem kelistrikan. Ini termasuk helm pelindung, kacamata pelindung, sarung tangan isolasi, pakaian pelindung, sepatu isolasi, dan peralatan pelindung lainnya. APD ini dapat membantu melindungi pekerja dari dampak langsung arc flash.
  3. Melatih Pekerja tentang Bahaya Arc Flash dan Cara Mencegahnya: Pelatihan yang tepat tentang bahaya arc flash, penggunaan peralatan pelindung diri, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti saat bekerja dengan sistem kelistrikan sangat penting. Pekerja harus memahami tanda-tanda dan penyebab arc flash, serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah kejadian tersebut.
  4. Memasang Perangkat Arc Flash Protection pada Sistem Kelistrikan: Memasang perangkat perlindungan arc flash seperti pelindung busur listrik (arc flash protection devices) dapat membantu mengurangi risiko arc flash dengan mendeteksi dan merespons secara cepat saat terjadi gangguan dalam sistem kelistrikan. Perangkat ini dapat memutuskan sirkuit secara otomatis untuk mencegah atau meminimalkan dampak arc flash.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, dapat mengurangi risiko terjadinya arc flash dan meningkatkan keselamatan pekerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Selain itu, pengawasan dan peninjauan terus menerus terhadap keamanan sistem kelistrikan juga sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman dari potensi bahaya arc flash.

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash

Berikut adalah beberapa tips keselamatan kerja yang dapat membantu menghindari risiko arc flash di lingkungan kerja:

  1. Matikan Sumber Listrik Sebelum Melakukan Pekerjaan pada Sistem Kelistrikan: Pastikan untuk selalu mematikan sumber listrik dan mengunci atau tandai sirkuit yang akan dikerjakan sebelum memulai pekerjaan pada sistem kelistrikan. Hal ini akan menghindari terjadinya arc flash akibat kontak tidak disengaja dengan konduktor hidup.
  2. Gunakan Alat yang Terinsulasi dengan Baik: Pastikan untuk menggunakan alat-alat yang memiliki isolasi yang baik dan sesuai standar keselamatan. Gunakan sarung tangan isolasi, alat-alat yang terbuat dari bahan isolasi, dan peralatan perlindungan diri (APD) lainnya yang dirancang khusus untuk melindungi dari potensi bahaya arc flash.
  3. Hindari Bekerja di Area yang Basah atau Lembab: Arc flash dapat terjadi lebih mudah di lingkungan yang basah atau lembab karena air dapat mengurangi isolasi dan meningkatkan risiko terjadinya hubungan pendek atau korsleting. Hindari bekerja di area yang basah atau lembab jika memungkinkan, atau pastikan untuk mengambil langkah-langkah perlindungan ekstra jika tidak dapat dihindari.
  4. Selalu Waspada dan Perhatikan Sekitar: Selalu tetap waspada terhadap lingkungan sekitar Anda saat bekerja dengan sistem kelistrikan. Perhatikan tanda-tanda potensi bahaya seperti bau terbakar, suara aneh, atau percikan api. Jika Anda melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan, segera hentikan pekerjaan dan laporkan kepada supervisor atau personel yang bertanggung jawab.

Dengan mematuhi tips keselamatan kerja ini dan mengadopsi praktik keselamatan yang baik, Anda dapat membantu mengurangi risiko terjadinya arc flash dan menjaga keselamatan diri sendiri serta rekan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan yang melibatkan risiko listrik.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa arc flash adalah bahaya serius yang dapat terjadi di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Dampaknya dapat fatal, menyebabkan luka bakar serius, kerusakan mata dan pendengaran, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dampak, dan langkah-langkah pencegahan arc flash, kita dapat mengurangi risiko dan menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.

Melakukan inspeksi dan pemeliharaan sistem kelistrikan secara berkala, menggunakan alat pelindung diri yang tepat, melatih pekerja tentang bahaya arc flash, memasang perangkat perlindungan arc flash, serta mengikuti tips keselamatan kerja yang tepat dapat membantu mencegah kejadian arc flash dan melindungi keselamatan di tempat kerja. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, dan langkah-langkah pencegahan harus diadopsi secara konsisten untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dari risiko arc flash.

sumber: indonesiasafetycenter