Bagaimana Prosedur Pembuatan Izin Kerja
Safety K3

Bagaimana Prosedur Pembuatan Izin Kerja

14 Agustus 2021

Izin kerja biasanya dibuat rangkap dua atau rangkap tiga. Ketika dibuat rangkap dua, satu salinan disimpan sebagai dokumentasi dan satu salinan lagi diberikan untuk pekerja.

Sedangkan, untuk izin kerja yang dibuat rangkap tiga, salinan ketiga disimpan manajemen K3 perusahaan untuk keperluan audit, apakah persyaratan izin kerja yang selama ini diterapkan sudah terpenuhi atau belum.

Izin kerja harus dibuat sebelum pekerja memulai pekerjaan yang dianggap berbahaya. Izin kerja harus diserahkan kembali kepada orang yang berwenang (yang mengeluarkan surat tersebut) saat pergantian shift atau saat pekerjaan selesai dilaksanakan.

Dalam membuat atau mengeluarkan izin kerja, pekerja atau supervisor juga harus cermat dan teliti, pasalnya banyak dari mereka yang belum kompeten memahami pentingnya izin kerja dimasukkan ke dalam program K3 di tempat kerja.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan sistem izin kerja di perusahaan tidak efektif:

  • Jenis atau format izin kerja tidak mencakup semua potensi bahaya
  • Prosedur penerbitan izin kerja tidak memadai
  • Orang yang menandatangani izin kerja tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan, apakah sumber energi berbahaya sudah benar-benar diisolasi atau pengujian atmosfer sudah dilakukan
  • Pekerja tidak mengikuti atau memahami persyaratan izin kerja, terutama perihal masa berlaku izin kerja
  • Manajemen K3 perusahaan tidak melakukan audit terhadap sistem izin kerja
  • Izin kerja baru dibuat setelah pekerjaan dimulai atau sedang berlangsung
  • Petugas yang bertanggung jawab tidak memeriksa kondisi operasi di lapangan setelah izin dikeluarkan
  • Sistem izin kerja yang terlalu rumit

Intinya, izin kerja merupakan alat yang efektif untuk membantu mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya, mencegah cedera, dan menghindari kecelakaan fatal di tempat kerja. Semua pekerja harus memahami persyaratan izin kerja dan mengapa izin kerja diperlukan sebelum memulai pekerjaan.

sumber : safetysign

Artikel Lainnya

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?
Safety K311 Mei 2023

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Sakit maag merupakan kondisi yang terjadi dimana adanya peningkatan produksi asam lambung yang dapat mengiritasi lambung akibat dari beberapa kebiasaan tidak sehat seperti pola makan tidak teratur, konsumsi makanan pemicu asam lambung, stres, atau berbaring dan berolahraga sesaat setelah makan.
 
Untuk mencegahnya, maka anda perlu mulai menerapkan pola hidup sehat seperti dengan :
  • menjaga berat badan ideal atau meurunkan berat badan jika berlebih
  • meningkatkan frekuensi makan menjadi seperti 5-6 kali sehari dalam porsi sedikit-sedikit dan teratur
  • tidak mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus
  • hindari makanan pemicu asam lambung
  • hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • hindari berbaring atau berolahraga sesaat setelah makan
  • kelola stres dengan baik
  • serta mengonsumsi obat antasida atau sukralfat ketika mengalami kekambuhan.

Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.

Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.

Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.

Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.

Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.

sumber : alodokter

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik
Safety K319 Agustus 2024

Waspadai Bahaya Arc Flash – Ledakan Api Listrik

Arc flash merupakan fenomena yang terjadi ketika arus listrik melompat melalui udara antara dua konduktor atau dari satu konduktor ke grounding. Ini sering kali disebabkan oleh kesalahan operasi, konsleting, atau kegagalan peralatan listrik. Arc flash dapat menghasilkan panas yang sangat tinggi, ledakan, percikan api, dan radiasi berbahaya. Dampaknya bisa sangat merusak, mulai dari luka bakar parah hingga kerusakan fatal pada peralatan dan fasilitas.

Dalam beberapa kasus, arc flash dapat menyebabkan cedera atau kematian bagi pekerja yang berada di dekatnya. Luka bakar serius, kerusakan pada organ internal akibat tekanan udara yang tinggi, serta cedera akibat terpentalnya benda-benda yang terkena dampak ledakan, merupakan beberapa dampak fatal yang dapat terjadi akibat arc flash.

Artikel ini bertujuan untuk membantu pembaca memahami arc flash secara menyeluruh, mulai dari penyebabnya hingga cara-cara untuk mencegahnya. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bahaya ini, pembaca akan dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi diri mereka sendiri dan rekan kerja dari risiko arc flash. Melalui pemahaman dan tindakan pencegahan yang tepat, diharapkan kecelakaan akibat arc flash dapat diminimalkan, meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan di tempat kerja.

Pengertian Arc Flash

Arc flash adalah ledakan api listrik yang terjadi karena korsleting atau hubungan pendek pada sistem kelistrikan. Ketika arus listrik melompat melalui udara antara dua konduktor atau dari satu konduktor ke grounding, itu dapat menyebabkan percikan api dan ledakan yang berbahaya.

Beberapa tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan terjadinya arc flash meliputi:

  1. Percikan Api: Percikan api terlihat sebagai kilatan cahaya yang tiba-tiba dan tidak terduga. Percikan ini bisa terjadi di sekitar peralatan listrik atau di tempat di mana ada hubungan pendek atau korsleting.
  2. Suara Ledakan Keras: Arc flash sering disertai dengan suara ledakan keras atau dentuman yang terdengar. Suara ini bisa sangat keras dan mengejutkan.
  3. Panas yang Ekstrem: Arc flash menghasilkan panas yang sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Panas ini bisa dirasakan bahkan dari jarak yang jauh dan dapat menyebabkan luka bakar serius pada tubuh atau kerusakan pada peralatan listrik.

Mengenali tanda-tanda ini dapat membantu untuk mengidentifikasi potensi bahaya arc flash dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dan lingkungan sekitar dari risiko yang terkait.

Penyebab Arc Flash

Arc flash dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu:

  1. Kontak Langsung dengan Tegangan Listrik Tinggi: Ketika dua konduktor dengan tegangan listrik tinggi bersentuhan secara langsung atau mendekati satu sama lain, hal ini dapat menyebabkan percikan api dan ledakan yang disebut arc flash.
  2. Kerusakan Isolasi Kabel: Isolasi kabel yang rusak atau aus meningkatkan risiko terjadinya arc flash. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh faktor seperti keausan normal, tekanan mekanis, paparan panas berlebih, atau bahkan kegagalan peralatan listrik.
  3. Debu dan Kotoran pada Peralatan Listrik: Debu, kotoran, atau partikel lain yang menumpuk pada peralatan listrik dapat menyebabkan gangguan isolasi dan meningkatkan kemungkinan terjadinya korsleting atau hubungan pendek yang mengarah ke arc flash.
  4. Kesalahan Manusia Saat Bekerja dengan Sistem Kelistrikan: Kesalahan operasional atau kesalahan manusia lainnya saat bekerja dengan sistem kelistrikan, seperti memasang atau memperbaiki peralatan tanpa mematikan daya listrik terlebih dahulu, dapat menyebabkan arc flash.

Mengetahui penyebab-penyebab ini penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat guna mengurangi risiko terjadinya arc flash di lingkungan kerja. Hal ini meliputi pelaksanaan prosedur keselamatan kerja yang ketat, pemeliharaan peralatan secara teratur, dan pelatihan yang memadai bagi pekerja yang berhubungan dengan sistem kelistrikan.

Dampak Arc Flash

Arc flash dapat memiliki dampak yang sangat serius bagi individu yang terkena, termasuk:

  1. Luka Bakar Serius: Arc flash menghasilkan panas yang sangat tinggi dalam waktu yang sangat singkat, menyebabkan luka bakar serius pada kulit dan jaringan tubuh yang terkena. Luka bakar ini dapat mencakup luka bakar termal, luka bakar kimia akibat bahan isolasi yang terbakar, dan luka bakar busur listrik yang unik karena arus listrik yang melintasi tubuh.
  2. Kerusakan Mata dan Pendengaran: Percikan api dan ledakan dari arc flash dapat menyebabkan cedera mata seperti luka bakar kimia atau fisik, serta kerusakan permanen pada pendengaran akibat gelombang suara yang sangat tinggi. Penggunaan perlindungan mata dan telinga yang tepat sangat penting untuk mencegah cedera ini.
  3. Gangguan Pernapasan: Arc flash juga dapat menghasilkan gas beracun atau partikel yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atau bahkan kerusakan paru-paru. Pernapasan perlindungan yang tepat diperlukan untuk melindungi pekerja dari risiko ini.
  4. Kematian: Dalam kasus-kasus yang sangat parah, arc flash dapat menyebabkan kematian langsung akibat luka bakar yang parah, kerusakan organ internal, atau cedera lainnya yang mengancam jiwa.

Mengingat potensi dampak yang serius ini, pencegahan arc flash dan perlindungan pekerja dari risiko tersebut harus menjadi prioritas utama dalam lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Ini termasuk penggunaan peralatan perlindungan diri yang sesuai, pelatihan yang tepat, dan penerapan prosedur keselamatan yang ketat untuk mengurangi risiko terjadinya arc flash dan melindungi keselamatan dan kesejahteraan pekerja.

sumber: indonesiasafetycenter

Mengenal Fungsi dan Manfaat Lifeline
Safety K309 September 2024

Mengenal Fungsi dan Manfaat Lifeline

Dalam dunia industri, keselamatan merupakan hal yang tak bisa diabaikan. Lifeline, atau tali pengaman safety, menjadi salah satu alat penting dalam menjaga keselamatan para pekerja, terutama di lingkungan kerja yang tinggi atau berbahaya. Dan Lifeline bukan hanya sekadar tali biasa, tetapi sebuah sistem pengaman yang dirancang untuk menahan atau menopang beban serta mengamankan pekerja dari jatuh atau tergelincir.

Pengertian Lifeline

Lifeline merupakan tali yang menjadi bagian integral dari sistem keselamatan yang dirancang untuk melindungi pekerja di lingkungan kerja yang memerlukan perlindungan dari jatuh atau tergelincir. Bahan yang digunakan untuk membuat lifeline biasanya dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap tekanan dan keausan, seperti nilon yang kuat atau baja tahan lama. Namun, selain kekuatan materi, desain lifeline juga memperhitungkan fleksibilitas agar pengguna dapat bergerak dengan relatif bebas tanpa mengorbankan keamanan.

Attachment point pada lifeline menjadi komponen kunci yang memungkinkan pengguna terhubung ke anchor point dengan aman. Anchor point biasanya dipasang pada struktur yang stabil dan kuat, seperti dinding beton atau tiang baja, untuk memastikan bahwa lifeline dapat menahan beban pengguna dengan efektif. Pemasangan attachment point dan anchor point harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan panduan keselamatan yang berlaku, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti beban maksimum yang akan ditanggung oleh lifeline dan posisi pengguna saat bekerja.

Dalam situasi darurat, lifeline menjadi jaminan bagi keselamatan pekerja. Ketika terjadi kejadian tak terduga seperti jatuh atau tergelincir, lifeline akan mencegah pengguna jatuh ke bawah dengan menahan beban tubuhnya. Oleh karena itu, penggunaan lifeline tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ekstra bagi pekerja yang harus beroperasi di ketinggian atau lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.

Fungsi Lifeline

Lifeline memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung keselamatan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya:

  1. Mencegah jatuh dari ketinggian
    Sebagai pengaman sekunder, lifeline berperan penting dalam menyediakan lapisan tambahan perlindungan jika terjadi kegagalan pada sistem pengaman utama, seperti safety harness. Dengan lifeline yang terpasang dengan benar, pekerja memiliki perlindungan tambahan yang dapat mencegah jatuh bebas.
  1. Membantu proses evakuasi
    Lifeline juga menjadi alat penting dalam proses evakuasi darurat. Dalam situasi di mana seseorang terjebak di ketinggian, lifeline dapat digunakan untuk membantu mereka turun ke tempat yang lebih aman dengan cepat dan efisien, mengurangi risiko cedera atau bahaya yang lebih besar.
  1. Memosisikan pekerja
    Lifeline juga memungkinkan pekerja untuk diposisikan dengan tepat di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan mereka dengan lebih efektif dan efisien, bahkan di lingkungan kerja yang sulit atau terbatas aksesnya. Dengan demikian, lifeline tidak hanya berfungsi sebagai alat pengaman, tetapi juga sebagai alat bantu dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaan dengan lebih aman dan efisien.

Manfaat Lifeline

Penggunaan lifeline dalam lingkungan kerja membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi keselamatan dan produktivitas:

  1. Meningkatkan keselamatan kerja
    Manfaat utama lifeline adalah kemampuannya untuk mengurangi risiko jatuh dari ketinggian serta cedera yang terkait dengannya. Dengan menyediakan perlindungan tambahan, lifeline membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi para pekerja, sehingga mengurangi kemungkinan kecelakaan yang serius.
  1. Meningkatkan efisiensi kerja
    Lifeline meningkatkan efisiensi kerja dengan memungkinkan pekerja untuk bergerak dengan lebih leluasa dan cepat di lingkungan kerja yang tinggi atau sulit dijangkau. Dengan adanya lifeline yang terpasang, pekerja dapat fokus pada tugas-tugas mereka tanpa harus khawatir akan risiko jatuh atau tergelincir, sehingga mempercepat proses penyelesaian pekerjaan.
  1. Meningkatkan moral kerja
    Lifeline dapat meningkatkan moral kerja para pekerja. Dengan merasa aman dan dilindungi oleh lifeline, para pekerja dapat merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugas mereka di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Hal ini dapat berdampak positif pada motivasi dan kinerja mereka, serta menciptakan budaya kerja yang lebih responsif terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja.
6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya
Safety K323 September 2024

6 Klasifikasi Area Berbahaya dan Tindakan Pencegahannya

Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.

Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.

Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup
    Area dengan risiko tinggi yang hanya boleh diakses oleh personel yang berwenang dan terlatih. Contoh termasuk ruang mesin yang berbahaya atau area dengan bahan kimia beracun.
  2. Area Berbahaya Terbatas
    Area dengan risiko sedang yang memerlukan izin khusus untuk masuk dan harus mengikuti prosedur keselamatan yang ditetapkan. Ini mungkin mencakup area yang mengandung mesin bergerak atau bahan kimia berbahaya yang tidak seaman area tertutup.
  3. Area Berbahaya Umum
    Area dengan risiko rendah yang dapat diakses oleh semua orang, tetapi tetap memerlukan kewaspadaan dan kepatuhan terhadap rambu-rambu keselamatan. Contohnya adalah area kerja umum di sebuah pabrik yang memiliki potensi bahaya seperti jalan raya di dalam pabrik atau area penyimpanan bahan kimia yang aman.
  4. Area Bahaya Tersembunyi
    Area dengan bahaya yang tidak terlihat, seperti paparan radiasi, bahan kimia berbahaya, atau bahaya ergonomis. Contohnya adalah ruang bawah tanah yang mungkin memiliki gas beracun atau ruang yang terpapar radiasi tanpa peralatan pelindung yang tepat.
  5. Area Berbahaya Sementara
    Area dengan bahaya yang muncul sementara, seperti pekerjaan konstruksi atau pemeliharaan. Contohnya adalah area yang sedang direnovasi di dalam sebuah gedung atau lokasi pembangunan jalan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan
    Area dengan bahaya yang permanen, seperti area dengan ketinggian, mesin bergerak, atau bahan kimia berbahaya yang tersimpan. Contohnya adalah area produksi di pabrik dengan mesin bergerak yang beroperasi secara terus-menerus atau gudang penyimpanan bahan kimia yang memiliki risiko kebocoran atau tumpahan.

Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya

Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:

  1. Area Berbahaya Tertutup:
    • Memasang signage peringatan yang jelas: Signage harus mencakup informasi tentang bahaya yang ada di area tersebut untuk memperingatkan orang agar berhati-hati.
    • Membatasi akses dengan kunci atau sistem keamanan: Ini bertujuan untuk memastikan bahwa hanya orang yang berwenang yang dapat memasuki area tersebut.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada personel yang berwenang: Pelatihan harus mencakup pemahaman tentang bahaya yang terkait dengan area tersebut, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti.
  2. Area Berbahaya Terbatas:
    • Memasang signage peringatan: Sebagai tanda peringatan bagi semua orang yang masuk ke area tersebut.
    • Menerapkan sistem izin masuk: Untuk memastikan bahwa hanya orang yang memenuhi syarat yang dapat memasuki area tersebut.
    • Menyediakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai: Memastikan bahwa pekerja dilengkapi dengan APD yang sesuai dengan risiko di area tersebut.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan dan penggunaan APD.
  3. Area Berbahaya Umum:
    • Memasang signage peringatan: Untuk meningkatkan kesadaran pekerja dan pengunjung terhadap bahaya potensial di area tersebut.
    • Memberikan edukasi dan pelatihan keselamatan kepada pekerja: Untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang bahaya dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Menerapkan prosedur keselamatan yang jelas: Agar semua orang tahu apa yang diharapkan dari mereka dalam hal keselamatan di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin: Untuk memastikan bahwa area tetap aman dan memperbarui tanda peringatan jika diperlukan.
  4. Area Bahaya Tersembunyi:
    • Melakukan identifikasi dan penilaian bahaya: Untuk mengetahui risiko yang terkait dengan area tersebut.
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari adanya bahaya yang mungkin tidak terlihat.
    • Menerapkan kontrol teknik dan administratif: Seperti isolasi peralatan berbahaya atau penjadwalan kerja yang aman.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang tersembunyi.
  5. Area Berbahaya Sementara:
    • Memasang signage peringatan: Untuk memperingatkan orang tentang bahaya yang mungkin hadir di area tersebut.
    • Membatasi akses dengan barikade atau sistem keamanan: Untuk mencegah orang masuk tanpa izin.
    • Memberikan pelatihan khusus kepada pekerja yang terlibat: Agar mereka memahami risiko yang terkait dengan pekerjaan sementara dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
    • Melakukan pengawasan ketat: Untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur keselamatan.
  6. Area Berbahaya Berkelanjutan:
    • Memasang signage peringatan: Agar orang menyadari bahaya yang ada dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
    • Menerapkan sistem kontrol teknik: Seperti guardrails atau interlock devices untuk mengurangi risiko.
    • Menyediakan APD yang sesuai: Untuk melindungi pekerja dari bahaya yang ada di area tersebut.
    • Melakukan inspeksi rutin dan pemeliharaan berkala: Untuk memastikan sistem keselamatan tetap berfungsi dengan baik dan area tetap aman dari bahaya.