Cara Pasang Elektroda Pelat Untuk Pentanahan (Grounding)
Safety K3

Cara Pasang Elektroda Pelat Untuk Pentanahan (Grounding)

02 Maret 2023

Sistem pentanahan adalah suatu sistem proteksi yang menghantarkan arus listrik gangguan ke tanah. Salah satu bagian sistem pentanahan adalah elektroda. Jenis elektroda pentanahan berdasarkan PUIL adalah elektroda batang, pelat dan pita.

Cara Pasang Elektroda Pelat Untuk Pentanahan (Grounding)

Nah di artikel kali ini kami akan membagikan meteri tentang cara memasang elektroda pelat untuk sistem pentanahan (grounding). Mulai dari alat dan bahan hingga prosedur pemasangan elektroda pelat.

Alat dan Bahan Pemasangan Elektroda Pelat

  1. Elektroda pelat dengan spesifikasi terbuat dari baja galvanis dengan tebal 3 mm atau terbuat dari pelat tembaga murni dengan tebal 2 mm. Adapun luas penampangnya berkisar 0,5 - 1 mm2.
  2. Kawat BC (Bare Condutor) atau BCC (Bare Copper Conductor) 50 mm2 yang digunakan sebagai kawat penghantar.
  3. Skun kabel 50 mm2.
  4. Busbar.
  5. Zat aditif GEM (Ground Enhanced Material).

Cara Pemasangan Elektroda Pelat

cara pasang elektroda pentanahan pelat

Berikut ini merupakan langkah-lahkah dalam memasang elektroda pelat mulai dari penanaman hingga finishing.

1. Penggalian Tanah

Lakukan penggalian tanah dengan lebar 125 % dari ukuran pelat dan dengan kedalaman 0,5 - 2 m. Untuk standarisasi kedalaman penanaman elektroda pelat, hingga saat ini mimin belum menemukannya. Sehingga dalam menentukan kedalaman tanam elektroda pelat perlu mengetahui kondisi tanah / medianya terlebih dahulu.

Tanah yang lembab dan berair sangat baik untuk pentanahan sehingga kedalaman tanam elektroda bisa lebih dangkal. Namun jika kondisi tanah keras, berbatu, berpasir maka kedalaman tanam harus maksimal untuk mendapatkan hasil yang baik.

2. Pengelasan

Pada tahap ini, dilakukan pengelasan antara elektroda pelat dengan kawat penghantar BC. Pastikan pengelasan dilakukan dengan baik agar sambungan tidak terlepas.

3. Penimbunan

Pada tahap ini, bisa menggunakan tanah bekas galian sebelumnya dengan catatan tanah tersebut dalam kondisi baik untuk pentanahan (lembab dan tidak keras/berpasir/berbatu). Namun jika tanah bekas galian tidak baik untuk pentanahan maka dapat digunakan zat aditif seperti bentonit atau produk bernama GEM (Ground Enhanced Material). GEM sendiri merupakan substan yang terbuat dari bubuk Ca-Bentonite, bubuk GraphiteSodium Carbonate (karbon), bubuk batu bara dan bubuk arang yang sangat efektif digunakan sebagaim media pentanahan.

4. Pengukuran

cara memasang elektroda pelat pentanahan grounding

Setelah dilakukan penimbunan, langkah selanjutnya adalah pengukuran nilai tahanan pentanahan. Berdasarakan PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) 2011 syarat pengujian tahanan pentanahan adalah resistansi pembumian perlengkapan dan instalasi listrik yang diamankan lebih baik kurang dari 5 ohm. Dari standarisasi tersebut, harus dipastikan bahwa hasil pengukuran tidak lebih dari 5 ohm, jika nilainya lebih maka perlu dilakukan perbaikan dengan cara memparalelkan elektroda lain (bisa elektroda pelat/batang/pita).

5. Pembuatan Dan Pemasangan Bak Kontrol

cara pasang bak kontrol grounding

Source : Mediapetir

Bak kontrol pentanahan merupakan sebuah bak yang berfungsi sebagai tempat untuk melindungi dan dapat memudahkan proses pengukuran / perawatan pentanahan. Bak kontrol ditempatkan di atas pentanahan dan dapat dibuat dari bata yang disemen sehingga membentuk persegi. Bagian atas bak kontrol dipasangkan penutup dari pelat beton yang dapat dibuka dan ditutup saat dilakukan pengkuran / perawatan. Jika tidak ingin repot, bisa membeli bak kontrol yang sudah jadi dan telah tersedia di berbagi market place.

6. Pemasangan Busbar

Pemasangan busbar dilakukan pada bak kontrol. Pada sistem pentanagan, fungsi dari busbar adalah sebagai terminal untuk memasang kawat BC yang telah terhubung dengan elektroda pentanahan.

7. Pemasangan Skun

skun kabel 50 mm2

Ujung dari kawat BC yang terhubung dengan elektroda pentanahan dipasangkan skun. Setelah itu skun dipasang pada busbar yang ada pada bak kontrol.

8. Menghubungkan Sistem Pentanahan Dengan Sistem Kelistrikan

Langkah terakhir adalah menghubungkan sistem pentanahan yang telah dibuat dengan sistem kelistrikan seperti pada grounding transformator atau panel listrik. Langkah ini dapat dilakukan dengan menghubungkan sistem pentanahan pada bagian busbar dengan sistem kelistrikan peralatan melalui kawat BC yang telah dipasangkan pipa galvanis. Sehingga urutannya adalah sebagai berikut : 

  • Kawat BC baru dipasangkan skun pada kedua ujungnya.
  • Satu ujung kawat BC dihubungkan ke busbar pentanahan yang ada pada bak kontrol.
  • Kawat BC dimasukkan ke dalam pipa conduit besi.
  • Ujung kawat BC yang satunya lagi dihubungkan pada sistem grounding kelistrikan seperti pada panel listrik, Lightning Arrester, Fuse Cut Out, Transformator dll..

sumber: carailmu. com

Artikel Lainnya

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja
Safety K327 September 2024

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Mengetahui klasifikasi area berbahaya merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan kerja karena dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi. Kecelakaan kerja dapat memiliki dampak negatif yang serius, termasuk cedera fisik yang parah atau bahkan kematian bagi pekerja yang terlibat.

Selain itu, kecelakaan juga dapat merugikan perusahaan dengan menyebabkan kerusakan pada peralatan dan properti, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan biaya medis dan kompensasi yang tinggi. 

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja:

  1. Komitmen manajemen untuk keselamatan kerja
    Manajemen harus memberikan komitmen yang kuat untuk keselamatan kerja dengan menetapkan kebijakan, memberikan sumber daya yang cukup, dan mendukung upaya keselamatan.
  2. Melibatkan pekerja dalam identifikasi bahaya dan penilaian risiko
    Pekerja adalah sumber informasi yang berharga tentang kondisi di tempat kerja. Libatkan mereka dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang potensi bahaya di tempat kerja.
  3. Menyediakan pelatihan keselamatan kerja yang berkelanjutan
    Memberikan pelatihan keselamatan kerja yang terus-menerus kepada semua pekerja untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap bahaya dan cara mengurangi risiko di tempat kerja.
  4. Menerapkan dan memelihara program K3 yang efektif
    Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dirancang dengan baik, diterapkan secara konsisten, dan diperbarui sesuai dengan perubahan kondisi di tempat kerja.
  5. Melakukan inspeksi rutin dan audit keselamatan kerja
    Lakukan inspeksi rutin untuk mengidentifikasi bahaya potensial dan memastikan bahwa semua tindakan pencegahan telah diterapkan dengan benar. Audit keselamatan kerja juga penting untuk mengevaluasi efektivitas program K3.
  6. Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku kerja yang aman
    Berikan penghargaan dan pengakuan kepada pekerja yang berkontribusi pada keselamatan kerja dengan mematuhi prosedur keselamatan, mengidentifikasi bahaya, atau memberikan saran untuk meningkatkan keselamatan.

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah tanggung jawab bersama. Keselamatan kerja merupakan prioritas yang harus dipegang oleh semua pihak terlibat, baik manajemen perusahaan maupun para pekerja. Dengan memahami klasifikasi area berbahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang serius.

Dan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti pelatihan keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan prosedur keselamatan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua.

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash
Safety K322 Agustus 2024

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash

Untuk mencegah terjadinya arc flash dan mengurangi risiko cedera atau kerusakan, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan:

  1. Melakukan Inspeksi dan Pemeliharaan Sistem Kelistrikan Secara Berkala: Inspeksi rutin dan pemeliharaan sistem kelistrikan adalah kunci untuk mendeteksi dan mengatasi potensi masalah yang dapat menyebabkan arc flash. Ini termasuk pemeriksaan terhadap kondisi isolasi kabel, penggantian peralatan yang rusak atau aus, serta pemeliharaan sistem grounding yang baik.
  2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang Tepat: Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai sangat penting saat bekerja dengan sistem kelistrikan. Ini termasuk helm pelindung, kacamata pelindung, sarung tangan isolasi, pakaian pelindung, sepatu isolasi, dan peralatan pelindung lainnya. APD ini dapat membantu melindungi pekerja dari dampak langsung arc flash.
  3. Melatih Pekerja tentang Bahaya Arc Flash dan Cara Mencegahnya: Pelatihan yang tepat tentang bahaya arc flash, penggunaan peralatan pelindung diri, serta prosedur keselamatan yang harus diikuti saat bekerja dengan sistem kelistrikan sangat penting. Pekerja harus memahami tanda-tanda dan penyebab arc flash, serta langkah-langkah yang harus diambil untuk mencegah kejadian tersebut.
  4. Memasang Perangkat Arc Flash Protection pada Sistem Kelistrikan: Memasang perangkat perlindungan arc flash seperti pelindung busur listrik (arc flash protection devices) dapat membantu mengurangi risiko arc flash dengan mendeteksi dan merespons secara cepat saat terjadi gangguan dalam sistem kelistrikan. Perangkat ini dapat memutuskan sirkuit secara otomatis untuk mencegah atau meminimalkan dampak arc flash.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, dapat mengurangi risiko terjadinya arc flash dan meningkatkan keselamatan pekerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Selain itu, pengawasan dan peninjauan terus menerus terhadap keamanan sistem kelistrikan juga sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman dari potensi bahaya arc flash.

Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash

Berikut adalah beberapa tips keselamatan kerja yang dapat membantu menghindari risiko arc flash di lingkungan kerja:

  1. Matikan Sumber Listrik Sebelum Melakukan Pekerjaan pada Sistem Kelistrikan: Pastikan untuk selalu mematikan sumber listrik dan mengunci atau tandai sirkuit yang akan dikerjakan sebelum memulai pekerjaan pada sistem kelistrikan. Hal ini akan menghindari terjadinya arc flash akibat kontak tidak disengaja dengan konduktor hidup.
  2. Gunakan Alat yang Terinsulasi dengan Baik: Pastikan untuk menggunakan alat-alat yang memiliki isolasi yang baik dan sesuai standar keselamatan. Gunakan sarung tangan isolasi, alat-alat yang terbuat dari bahan isolasi, dan peralatan perlindungan diri (APD) lainnya yang dirancang khusus untuk melindungi dari potensi bahaya arc flash.
  3. Hindari Bekerja di Area yang Basah atau Lembab: Arc flash dapat terjadi lebih mudah di lingkungan yang basah atau lembab karena air dapat mengurangi isolasi dan meningkatkan risiko terjadinya hubungan pendek atau korsleting. Hindari bekerja di area yang basah atau lembab jika memungkinkan, atau pastikan untuk mengambil langkah-langkah perlindungan ekstra jika tidak dapat dihindari.
  4. Selalu Waspada dan Perhatikan Sekitar: Selalu tetap waspada terhadap lingkungan sekitar Anda saat bekerja dengan sistem kelistrikan. Perhatikan tanda-tanda potensi bahaya seperti bau terbakar, suara aneh, atau percikan api. Jika Anda melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan, segera hentikan pekerjaan dan laporkan kepada supervisor atau personel yang bertanggung jawab.

Dengan mematuhi tips keselamatan kerja ini dan mengadopsi praktik keselamatan yang baik, Anda dapat membantu mengurangi risiko terjadinya arc flash dan menjaga keselamatan diri sendiri serta rekan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan yang melibatkan risiko listrik.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa arc flash adalah bahaya serius yang dapat terjadi di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Dampaknya dapat fatal, menyebabkan luka bakar serius, kerusakan mata dan pendengaran, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dampak, dan langkah-langkah pencegahan arc flash, kita dapat mengurangi risiko dan menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.

Melakukan inspeksi dan pemeliharaan sistem kelistrikan secara berkala, menggunakan alat pelindung diri yang tepat, melatih pekerja tentang bahaya arc flash, memasang perangkat perlindungan arc flash, serta mengikuti tips keselamatan kerja yang tepat dapat membantu mencegah kejadian arc flash dan melindungi keselamatan di tempat kerja. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, dan langkah-langkah pencegahan harus diadopsi secara konsisten untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dari risiko arc flash.

sumber: indonesiasafetycenter

Mengenal Fungsi dan Manfaat Lifeline
Safety K309 September 2024

Mengenal Fungsi dan Manfaat Lifeline

Dalam dunia industri, keselamatan merupakan hal yang tak bisa diabaikan. Lifeline, atau tali pengaman safety, menjadi salah satu alat penting dalam menjaga keselamatan para pekerja, terutama di lingkungan kerja yang tinggi atau berbahaya. Dan Lifeline bukan hanya sekadar tali biasa, tetapi sebuah sistem pengaman yang dirancang untuk menahan atau menopang beban serta mengamankan pekerja dari jatuh atau tergelincir.

Pengertian Lifeline

Lifeline merupakan tali yang menjadi bagian integral dari sistem keselamatan yang dirancang untuk melindungi pekerja di lingkungan kerja yang memerlukan perlindungan dari jatuh atau tergelincir. Bahan yang digunakan untuk membuat lifeline biasanya dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap tekanan dan keausan, seperti nilon yang kuat atau baja tahan lama. Namun, selain kekuatan materi, desain lifeline juga memperhitungkan fleksibilitas agar pengguna dapat bergerak dengan relatif bebas tanpa mengorbankan keamanan.

Attachment point pada lifeline menjadi komponen kunci yang memungkinkan pengguna terhubung ke anchor point dengan aman. Anchor point biasanya dipasang pada struktur yang stabil dan kuat, seperti dinding beton atau tiang baja, untuk memastikan bahwa lifeline dapat menahan beban pengguna dengan efektif. Pemasangan attachment point dan anchor point harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan panduan keselamatan yang berlaku, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti beban maksimum yang akan ditanggung oleh lifeline dan posisi pengguna saat bekerja.

Dalam situasi darurat, lifeline menjadi jaminan bagi keselamatan pekerja. Ketika terjadi kejadian tak terduga seperti jatuh atau tergelincir, lifeline akan mencegah pengguna jatuh ke bawah dengan menahan beban tubuhnya. Oleh karena itu, penggunaan lifeline tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ekstra bagi pekerja yang harus beroperasi di ketinggian atau lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.

Fungsi Lifeline

Lifeline memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung keselamatan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya:

  1. Mencegah jatuh dari ketinggian
    Sebagai pengaman sekunder, lifeline berperan penting dalam menyediakan lapisan tambahan perlindungan jika terjadi kegagalan pada sistem pengaman utama, seperti safety harness. Dengan lifeline yang terpasang dengan benar, pekerja memiliki perlindungan tambahan yang dapat mencegah jatuh bebas.
  1. Membantu proses evakuasi
    Lifeline juga menjadi alat penting dalam proses evakuasi darurat. Dalam situasi di mana seseorang terjebak di ketinggian, lifeline dapat digunakan untuk membantu mereka turun ke tempat yang lebih aman dengan cepat dan efisien, mengurangi risiko cedera atau bahaya yang lebih besar.
  1. Memosisikan pekerja
    Lifeline juga memungkinkan pekerja untuk diposisikan dengan tepat di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan mereka dengan lebih efektif dan efisien, bahkan di lingkungan kerja yang sulit atau terbatas aksesnya. Dengan demikian, lifeline tidak hanya berfungsi sebagai alat pengaman, tetapi juga sebagai alat bantu dalam menjalankan tugas-tugas pekerjaan dengan lebih aman dan efisien.

Manfaat Lifeline

Penggunaan lifeline dalam lingkungan kerja membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi keselamatan dan produktivitas:

  1. Meningkatkan keselamatan kerja
    Manfaat utama lifeline adalah kemampuannya untuk mengurangi risiko jatuh dari ketinggian serta cedera yang terkait dengannya. Dengan menyediakan perlindungan tambahan, lifeline membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi para pekerja, sehingga mengurangi kemungkinan kecelakaan yang serius.
  1. Meningkatkan efisiensi kerja
    Lifeline meningkatkan efisiensi kerja dengan memungkinkan pekerja untuk bergerak dengan lebih leluasa dan cepat di lingkungan kerja yang tinggi atau sulit dijangkau. Dengan adanya lifeline yang terpasang, pekerja dapat fokus pada tugas-tugas mereka tanpa harus khawatir akan risiko jatuh atau tergelincir, sehingga mempercepat proses penyelesaian pekerjaan.
  1. Meningkatkan moral kerja
    Lifeline dapat meningkatkan moral kerja para pekerja. Dengan merasa aman dan dilindungi oleh lifeline, para pekerja dapat merasa lebih percaya diri dan nyaman dalam menjalankan tugas-tugas mereka di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Hal ini dapat berdampak positif pada motivasi dan kinerja mereka, serta menciptakan budaya kerja yang lebih responsif terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja.
Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline
Safety K316 September 2024

Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline

Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.

Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.

Jenis-Jenis Lifeline

Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:

  1. Lifeline Statis
    Lifeline statis adalah jenis lifeline yang terpasang secara permanen pada anchor point tertentu. Lifeline ini biasanya digunakan dalam aplikasi climbing dan rescue di mana pekerja atau penyelamat perlu terikat pada titik tetap untuk mengamankan diri atau melakukan penyelamatan. Contoh dari lifeline statis mencakup single-leg lifeline, yang terdiri dari satu tali yang terhubung ke anchor point, serta double-leg lifeline, yang memiliki dua tali untuk meningkatkan keamanan.
  1. Lifeline Dinamis
    Lifeline dinamis memiliki fungsi shock absorber yang dapat meredam energi benturan saat terjadi jatuh. Ini membuatnya sangat cocok untuk aplikasi climbing dan industrial di mana risiko jatuh besar. Contoh dari lifeline dinamis mencakup single-leg lifeline dan double-leg lifeline dengan fungsi shock absorber yang disematkan. Saat terjadi jatuh, shock absorber pada lifeline dinamis akan mengurangi gaya yang bekerja pada tubuh pekerja, sehingga mengurangi risiko cedera serius.
  1. Lifeline Horizontal
    Lifeline horizontal dipasang untuk memberikan jalur horizontal yang aman bagi pekerja untuk bergerak di atas permukaan tertentu. Lifeline ini sering digunakan dalam aplikasi industrial dan rescue di mana pekerja harus berpindah secara horizontal di atas atap, platform, atau struktur lainnya. Contoh dari lifeline horizontal mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, dan multi-line lifeline, yang memungkinkan beberapa pekerja untuk terikat pada satu lifeline untuk bekerja bersama-sama.
  1. Lifeline Vertical
    Lifeline vertical dipasang untuk naik atau turun secara vertikal, seperti dalam situasi climbing atau penyelamatan. Lifeline ini umumnya digunakan saat pekerja harus naik atau turun dari gedung tinggi, menara, atau struktur vertikal lainnya. Contoh dari lifeline vertical mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, serta lifeline vertical dengan desain seperti tangga yang memudahkan pekerja untuk naik atau turun dengan lebih aman dan efisien.

Komponen Utama Lifeline

Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:

  1. Tali
    Tali adalah bagian utama dari lifeline yang terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama, seperti baja atau serat sintetis yang kuat. Tali ini menjadi tulang punggung dari keseluruhan sistem lifeline dan bertanggung jawab untuk menahan beban pekerja saat terjadi kejadian darurat, seperti jatuh.
  1. Karabiner
    Karabiner adalah alat pengait yang digunakan untuk menghubungkan lifeline ke anchor point atau titik pengait pada harness pekerja. Karabiner haruslah dirancang untuk menahan beban yang tinggi dan memiliki mekanisme penguncian yang aman untuk mencegah kelonggaran yang tidak diinginkan.
  1. Shock absorber
    Shock absorber adalah komponen penting dalam lifeline dinamis yang berfungsi untuk menyerap energi benturan saat terjadi jatuh. Saat pekerja jatuh, shock absorber akan meredam gaya benturan yang bekerja pada tubuh pekerja, mengurangi risiko cedera serius.
  1. Harness
    Harness adalah alat yang dipakai di tubuh pekerja untuk mendukung dan mendistribusikan beban jatuh saat terjadi kejadian darurat. Harness terdiri dari sabuk-sabuk yang melekat di tubuh pekerja dan titik-titik pengait untuk menghubungkan lifeline dan peralatan keselamatan lainnya.
  1. Descent device
    Descent device adalah alat yang digunakan untuk turun secara terkontrol pada lifeline. Alat ini biasanya digunakan dalam situasi penyelamatan atau evakuasi di mana pekerja harus turun dari ketinggian dengan aman dan terkendali.