Tahukah kamu? Pemberdayaan karyawan atau employee empowerment adalah hal penting yang harus dilakukan oleh perusahaan? Bagaimana tidak? Pemberdayaan dapat menjadi cara jitu untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan.
Hal ini pun nantinya bakal membawa berbagai dampak positif bagi angka produktivitas serta retensi karyawan. Namun, apa sih yang sebenarnya dimaksud dengan employee empowerment? Seperti apa langkah ampuh yang bisa kamu ikuti untuk menerapkannya?
Agar lebih jelas, yuk, simak pemaparan lengkapnya dalam rangkuman di bawah ini!
Apa Itu Employee Empowerment?
Melansir laman Upwork, employee empowerment atau pemberdayaan karyawan adalah sebuah konsep di mana karyawan diberikan kekuatan, otoritas, dan tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta tindakan terkait pekerjaan mereka.
Hal ini berbeda dengan micromanagement. Dalam konsep kerja tersebut, perusahaan hanya memberikan otonomi pada tingkat tertentu, seperti tugas-tugas harian.
Pemberdayaan karyawan sendiri merupakan konsep manajemen SDM yang mendorong angka keterlibatan serta produktivitas karyawan. Penerapannya juga dinilai efektif untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih bermakna untuk setiap karyawan.
Mengapa demikian? Sebab, prinsip utama employee empowerment adalah memberikan validasi bagi karyawan bahwa keputusan yang mereka ambil itu penting buat perusahaan.
6 Jenis Employee Empowerment
Employee empowerment adalah salah satu inisiatif paling ampuh untuk mempertahankan loyalitas karyawan. Meskipun demikian, konsep ini tak bisa diterpakan secara sembarangan. Sebab, ia terdiri dari beberapa kategori, dan masing-masing perlu digunakan sesuai kebutuhan perusahaan.
Nah, berikut adalah beberapa jenis konsep pemberdayaan karyawan yang dapat kamu pelajari:
1. Employee empowerment berdasarkan keputusan
Delegasi: Pemberdayaan karyawan dengan delegasi memberikan karyawan kebebasan untuk mengambil keputusan terkait tugas-tugas mereka tanpa selalu harus berkonsultasi dengan atasan.
Partisipasi: Partisipasi membuat karyawan terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi pada perencanaan serta strategi perusahaan.
Sebagai contoh, pada sebuah restoran, seorang manajer memberikan tanggung jawab penuh kepada karyawan untuk mengelola inventaris dan memesan persediaan yang dibutuhkan.
Karyawan tersebut memiliki kebebasan untuk mengatur stok dan mengambil keputusan pembelian sesuai dengan kebutuhan serta anggaran yang telah ditetapkan.
2. Pengetahuan dan keterampilan
Jenis employee empowerment berikutnya adalah berdasarkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan dan pengembangan: Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi menyediakan beragam pelatihan agar karyawan dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang teknologi terbaru.
Karyawan dapat memilih pelatihan sesuai dengan minat dan tujuan karier, serta mengambil inisiatif dalam meningkatkan kompetensi mereka. Otonomi pekerjaan: Memungkinkan karyawan untuk memilih dan mengelola metode kerja mereka sendiri untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan desain memberikan kebebasan kepada karyawan untuk menentukan metode dan pendekatan dalam menyelesaikan proyek klien.
Karyawan diberdayakan untuk mengatur jadwal mereka sendiri dan memilih metode serta alat yang tepat untuk menyelesaikan tugas.
3. Tanggung jawab dan tugas
Pemberdayaan dalam tim: Pemberdayaan dalam tim mendorong karyawan untuk bekerja secara kolaboratif dan secara aktif memberikan kontribusi terhadap tujuan perusahaan.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan konsultasi menerapkan pendekatan tim yang kolaboratif, di mana setiap anggota memiliki peran dalam mengatur tujuan proyek dan menyelesaikan tugas dengan metode yang sudah disepakati.
Tugas multifungsi: Pemberdayaan karyawan dengan tugas multifungsi memberikan karyawan kesempatan untuk lebih terlibat dalam berbagai tugas atau proyek di luar peran utama mereka.
4. Employee empowerment berdasarkan informasi
Akses ke informasi: Karyawan diberikan akses penuh terhadap informasi terkini yang relevan, seperti kinerja perusahaan, anggaran, dan tujuan strategis.
Selain itu, perusahaan dapat mendorong karyawan untuk berbagi pengetahuan dan informasi antar karyawan untuk meningkatkan kolaborasi dan inovasi.
Sebagai contoh, perusahaan teknologi memastikan bahwa semua karyawan memiliki akses ke informasi yang relevan tentang kinerja perusahaan, tujuan, dan rencana strategis.
Informasi ini memungkinkan karyawan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kontribusi mereka terhadap kesuksesan organisasi secara keseluruhan.
5. Inovasi
Gagasan dan saran: Mengajak karyawan untuk menyampaikan gagasan dan saran yang inovatif untuk perbaikan proses kerja atau kualitas produk.
Ruang untuk eksperimen: Pemberdayaan dengan memberikan ruang untuk eksperimen mendorong karyawan untuk terus mencoba pendekatan baru. Konsep ini tentunya didampingi dengan bimbingan agar karyawan tidak takut salah.
6. Fleksibilitas kerja
Fleksibilitas jam kerja: Pemberdayaan dengan fleksibilitas jam kerja memberikan opsi bagi karyawan untuk mengatur jadwal kerja dengan lebih fleksibel. Seperti, bekerja dari rumah atau memilih jam kerja yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
Work-life balance: Mendorong karyawan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi mereka.
Manfaat Employee Empowerment
Employee empowerment adalah salah satu program baik yang bisa diterapkan perusahaan. Pasalnya, selain memberikan dampak positif bagi karyawan, bisnis dan kualitas manajemen perusahaan juga bisa meningkat. Berikut ini ialah beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari konsep pemberdayaan karyawan.
Cara Menerapkan Employee Empowerment
1. Identifikasi batas tanggung jawab dan otoritas
Cara pertama untuk menerapkan employee empowerment adalah identifikasi batas tanggung jawab dan otoritas. Pastikan bahwa karyawan memiliki pemahaman yang jelas tentang batasan dalam mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini dapat meliputi ruang lingkup tugas, anggaran, dan keputusan strategis tertentu yang memerlukan persetujuan manajemen.
2. Berikan pelatihan dan dukungan
Pastikan bahwa karyawan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk mengambil keputusan secara tepat. Sediakan pelatihan yang relevan dan dukungan bimbingan yang dibutuhkan agar mereka merasa percaya diri dalam peran baru ini.
3. Bangun budaya kepercayaan dan kolaborasi
Ciptakan lingkungan kerja yang mempromosikan kepercayaan, kolaborasi, dan komunikasi terbuka. Pastikan bahwa karyawan merasa nyaman berbagi ide, masalah, dan masukan tanpa takut kritik atau hukuman.
4. Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
Berikan kesempatan kepada karyawan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat memberikan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap hasil yang bisa diberikan untuk perusahaan.
5. Evaluasi dan umpan balik
Lakukan evaluasi berkala terhadap program employee empowerment yang telah diterapkan. Berikan umpan balik kepada karyawan mengenai kinerja mereka dalam mengambil keputusan dan bertindak. Kemudian, berikan juga penghargaan atas prestasi yang baik dan bimbingan untuk perbaikan.
6. Fleksibilitas dan penyesuaian
Perlu diingat employee empowerment adalah proses yang terus berkembang. Jadi, bersikaplah fleksibel dan siap untuk menyesuaikan strategi dan pendekatan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika organisasi.
sumber: gajigesa
1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm
Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply
Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.
Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.
Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:
Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya
Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi:
Dalam dunia industri, keselamatan merupakan hal yang tak bisa diabaikan. Lifeline, atau tali pengaman safety, menjadi salah satu alat penting dalam menjaga keselamatan para pekerja, terutama di lingkungan kerja yang tinggi atau berbahaya. Dan Lifeline bukan hanya sekadar tali biasa, tetapi sebuah sistem pengaman yang dirancang untuk menahan atau menopang beban serta mengamankan pekerja dari jatuh atau tergelincir.
Pengertian Lifeline
Lifeline merupakan tali yang menjadi bagian integral dari sistem keselamatan yang dirancang untuk melindungi pekerja di lingkungan kerja yang memerlukan perlindungan dari jatuh atau tergelincir. Bahan yang digunakan untuk membuat lifeline biasanya dipilih karena kekuatan dan ketahanannya terhadap tekanan dan keausan, seperti nilon yang kuat atau baja tahan lama. Namun, selain kekuatan materi, desain lifeline juga memperhitungkan fleksibilitas agar pengguna dapat bergerak dengan relatif bebas tanpa mengorbankan keamanan.
Attachment point pada lifeline menjadi komponen kunci yang memungkinkan pengguna terhubung ke anchor point dengan aman. Anchor point biasanya dipasang pada struktur yang stabil dan kuat, seperti dinding beton atau tiang baja, untuk memastikan bahwa lifeline dapat menahan beban pengguna dengan efektif. Pemasangan attachment point dan anchor point harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan panduan keselamatan yang berlaku, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti beban maksimum yang akan ditanggung oleh lifeline dan posisi pengguna saat bekerja.
Dalam situasi darurat, lifeline menjadi jaminan bagi keselamatan pekerja. Ketika terjadi kejadian tak terduga seperti jatuh atau tergelincir, lifeline akan mencegah pengguna jatuh ke bawah dengan menahan beban tubuhnya. Oleh karena itu, penggunaan lifeline tidak hanya mengurangi risiko kecelakaan, tetapi juga memberikan kepercayaan diri ekstra bagi pekerja yang harus beroperasi di ketinggian atau lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya.
Fungsi Lifeline
Lifeline memiliki beberapa fungsi utama yang mendukung keselamatan dan efisiensi di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya:
Manfaat Lifeline
Penggunaan lifeline dalam lingkungan kerja membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi keselamatan dan produktivitas:
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?
Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.
Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.
Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?
Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.
Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.
Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).
Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?
Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!
Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.