Kewajiban Pengusaha Membentuk P2K3
Safety K3

Kewajiban Pengusaha Membentuk P2K3

03 Agustus 2023

P2K3 adalah singkatan dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, menurut Permenaker RI nomor PER.04/MEN/1987 P2K3 merupakan badan yang membantu di tempat kerja sebagai suatu wujud kerjasama antar pekerja maupun pengusaha untuk mewujudkan penerapan SMK3.

Dasar hukum dalam pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Permenaker RI nomor PER.04/MEN/1987. Di dalamnya terdapat aturan mengenai panitia P2K3 dan tata cara penunjukan ahli keselamatan kerja.

Pada pasal dua, menyatakan bahwa tempat kerja yang mempekerjakan 100 orang atau lebih atau yang mempekerjakan kurang dari 100 orang tapi merupakan jenis pekerjaan berisiko besar, haruslah melakukan pengurusan P2K3.

Tugas P2K3 yakni memberikan saran serta pertimbangan baik saat ada permintaan ataupun tidak kepada pihak pengusaha terkait dengan masalah K3 sesuai dengan pasal 4 Permenaker RI Nomor PER 04/MEN/1987.

Struktur Organisasi P2K3 Serta Tugas Pokoknya Adalah Sebagai Berikut

Di dalam P2K3 terdapat beberapa personil di dalamnya yakni ketua, sekretaris, dan anggota. Masing-masing personil tersebut memiliki peran dan tugasnya sendiri-sendiri. Apa saja tugasnya? Tugas dan peran P2K3 adalah sebagai berikut berdasarkan masing-masing perannya.

1. KETUA

Sebagai pemimpin maka memiliki peran dan tugas sebagai berikut.

  1. Memimpin seluruh rapat pleno P2K3 maupun menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno;
  2. Menentukan langkah serta kebijakan demi tercapainya pelaksanaan berbagai program P2K3;
  3. Bertanggung jawab kepada pelaksana K3 di suatu perusahaan ke Disnakertrans Kota/Kabupaten setempat;
  4. Bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan P2K3 kepada direksi;
  5. Melakukan pengawasan dan evaluasi terlaksananya atau tidak program K3 di suatu perusahaan.

2. SEKRETARIS

Sedangkan sebagai sekretaris memiliki beberapa peran sebagai berikut.

  1. Membuat undangan dan notulen rapat;
  2. Melakukan pengelolaan administrasi surat-surat P2K3;
  3. Mencatat data-data yang terkait dengan K3;
  4. Memberikan bantuan dan saran demi suksesnya program K3 di suatu perusahaan;
  5. Membuat laporan kepada pihak Disnakertrans setempat atau yang bersangkutan terkait kondisi dan tindakan bahaya di tempat kerja tersebut.

3. ANGGOTA

Sedangkan sebagai anggota P2K3 maka memiliki peranan dalam melaksanakan program yang sudah ada sesuai dengan divisi masing-masing. Selain itu juga bisa melaporkan terhadap ketua terkait kegiatan yang sudah terlaksana.

Fungsi P2K3 Secara Umum

Sebenarnya P2K3 secara umum memiliki fungsi secara lebih umum sesuai dengan tujuannya, yakni sebagai berikut.

  1. Menghimpun serta melakukan pengolahan data terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja atau suatu perusahaan;
  2. Membantu menunjukkan serta menjelaskan kepada para karyawan dan tenaga kerja. Terkait dengan faktor bahaya tempat kerja, faktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja, alat perlindungan diri, serta sikap maupun cara yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya;
  3. Membantu pihak pengusaha dalam melakukan pengurusan banyak hal. Seperti menentukan tindakan koreksi alternatif yang baik, mengembangkan sistem pengendalian bahaya, mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan dan sebagainya;
  4. Membantu melakukan pengurusan perusahaan dalam mengembangkan penyuluhan serta penelitian pada bidang keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan ergonomi;
  5. Membantu melakukan pelaksanaan pemantauan kepada gizi kerja serta menyelenggarakan makanan di suatu perusahaan;
  6. Membantu memeriksa berbagai perlengkapan untuk peralatan keselamatan kerja;
  7. Membantu mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam melakukan pemeriksaan laboratorium serta melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.

Langkah perusahaan dalam pembentukan K3 juga perlu dipelajari setelah memahami peran dan fungsinya. Sehingga nantinya K3 dapat terlaksana penerapannya dengan maksimal.

Artikel Lainnya

Bahaya Penerangan Yang Buruk Bagi Pekerja
Safety K307 April 2022

Bahaya Penerangan Yang Buruk Bagi Pekerja

Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas.  Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.

Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.

Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.

Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.

Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.  Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)


Baik bukan berarti sangat terang, buruk bukan berarti redup. Tapi baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan kita.
 
sumber : hsepedia
Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?
Safety K324 Agustus 2023

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

1. Control Panel Fire Alarm

Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.

Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.

Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.

2. Audible Visual Fire Alarm

fire alarm horn strobe

Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.

  • Audible berupa perangkat yang akan memberikan peringatan berupa suara sirine, klakson, maupun seperti lonceng.
  • Strobe cenderung memberikan peringatan bahaya kebakaran melalui kedipan lampu. Jadi, misal terdeteksi kebakaran, Strobe ini akan mem-flash lampu tanda bahaya kebakaran tanpa dengan adanya peringatan suara.
  • Horn Strobe merupakan komponen peringatan kebakaran yang banyak digunakan. Jadi, horn strobe ini akan menggabungkan antara alarm audible dengan strobe. Sehingga, nanti jika terjadi kebakaran akan ditandai dengan peringatan suara yang disertai dengan kedipan lampu bahaya.

Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.

3. Power Supply

power supply fire alarm

Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.

Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline
Safety K319 September 2024

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.

Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.

Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:

  1. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan
    Pertimbangkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan dengan lifeline. Apakah itu pekerjaan di atap, climbing, industrial, atau rescue? Setiap jenis pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jenis lifeline yang dibutuhkan.
  1. Ketinggian Pekerjaan
    Tentukan ketinggian di mana lifeline akan digunakan. Pekerjaan di ketinggian yang berbeda mungkin memerlukan jenis lifeline yang berbeda pula. Misalnya, pekerjaan di ketinggian yang sangat tinggi mungkin memerlukan lifeline dengan shock absorber untuk meredam gaya benturan saat jatuh.
  1. Berat Pengguna
    Pastikan lifeline yang dipilih memiliki kapasitas beban yang sesuai dengan berat pengguna. Setiap lifeline memiliki batas berat maksimum yang dapat menahannya. Penting untuk memilih lifeline yang mampu menopang berat pengguna dengan aman.
  1. Kondisi Lingkungan
    Perhatikan kondisi lingkungan tempat lifeline akan digunakan. Apakah itu dalam cuaca ekstrem, lingkungan yang korosif, atau di sekitar benda-benda tajam? Lifeline yang dipilih harus tahan terhadap kondisi lingkungan yang spesifik di tempat kerja.
  1. Standar dan Peraturan Keselamatan
    Pastikan lifeline mematuhi standar keselamatan dan peraturan yang berlaku. Setiap negara atau wilayah memiliki regulasi yang mengatur penggunaan lifeline dan perlengkapan keselamatan kerja lainnya. Pastikan untuk memilih lifeline yang sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman

Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:

  1. Lakukan Pemeriksaan Lifeline Secara Berkala
    Periksa lifeline secara rutin untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan atau keausan yang terjadi. Pastikan semua komponen lifeline, seperti tali, karabiner, dan harness, berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang baik.
  1. Gunakan Peralatan yang Sesuai dengan Standar Keselamatan
    Pastikan bahwa lifeline dan semua peralatan keselamatan yang terkait memenuhi standar keselamatan yang berlaku. Gunakan hanya peralatan yang telah diuji dan disetujui untuk penggunaan di lingkungan kerja Anda.
  1. Ikuti Pelatihan Penggunaan Lifeline
    Sebelum menggunakan lifeline, pastikan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai tentang cara menggunakan lifeline dengan benar. Pelatihan ini akan membantu Anda memahami cara memasang lifeline dengan benar, cara menggunakan peralatan dengan aman, dan langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi darurat.
  2. Lakukan Pekerjaan dengan Hati-hati dan Fokus
    Saat menggunakan lifeline, selalu lakukan pekerjaan dengan hati-hati dan fokus. Hindari mengalihkan perhatian atau melakukan tindakan yang berisiko saat terhubung dengan lifeline. Tetap konsentrasi pada tugas Anda dan patuhi prosedur keselamatan yang telah ditetapkan.
Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?
Safety K311 Mei 2023

Bagaimana Cara Mencegah dan Mengurangi Rasa Sakit Perut Saat Maag Kambuh?

Sakit maag merupakan kondisi yang terjadi dimana adanya peningkatan produksi asam lambung yang dapat mengiritasi lambung akibat dari beberapa kebiasaan tidak sehat seperti pola makan tidak teratur, konsumsi makanan pemicu asam lambung, stres, atau berbaring dan berolahraga sesaat setelah makan.
 
Untuk mencegahnya, maka anda perlu mulai menerapkan pola hidup sehat seperti dengan :
  • menjaga berat badan ideal atau meurunkan berat badan jika berlebih
  • meningkatkan frekuensi makan menjadi seperti 5-6 kali sehari dalam porsi sedikit-sedikit dan teratur
  • tidak mengonsumsi makanan dalam porsi besar sekaligus
  • hindari makanan pemicu asam lambung
  • hindari kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • hindari berbaring atau berolahraga sesaat setelah makan
  • kelola stres dengan baik
  • serta mengonsumsi obat antasida atau sukralfat ketika mengalami kekambuhan.

Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.

Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.

Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.

Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.

Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.

sumber : alodokter