Loading...
Mempersiapkan pengalaman terbaik untuk Anda
“Tidak semua orang akan mengalami TBC tapi semua orang memiliki risiko untuk tertular TBC.” Mengapa demikian? Tuberkulosis dapat menular melalui
Bagaimana manajemen pengelolaan Tuberkulosis (TBC) di tempat kerja? Lakukan TEMAN SEHAT
Langkah Penanganan “TEMAN”:
Temukan Pekerja Penderita Tuberkulosis (TBC)
Temukan karyawan yang bergejala tuberkulosis (TBC) di tempat kerja melalui pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala maupun pemeriksaan kesehatan khusus pada kelompok pekerja yang berisiko TBC. Selain itu, kita dapat melakukan pelacakan kontak erat antara pekerja dengan pasien tuberkulosis (TBC). Penemuan kasus tuberkulosis (TBC) ini dapat dilakukan mandiri oleh perusahaan atau bekerja sama dengan fasilitas layanan kesehatan terdekat yang bersedia.
Kemudian, lakukan diagnosis terhadap karyawan dengan penyakit tuberkulosis (TBC) dengan 7 langkah diagnosis PAK. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan dengan penyakit tuberkulosis (TBC) yang diderita karyawan.
Melakukan Pengobatan Pada Karyawan Tuberkulosis (TBC)
Memberikan pengobatan kepada karyawan ke klinik perusahaan atau fasilitas layanan kesehatan terdekat (puskesmas atau rumah sakit) yang memfasilitasi pengobatan tuberkulosis (TBC). Pengobatan ini dapat dipantau perkembangannya oleh fasilitas kesehatan berkolaborasi dengan pihak perusahaan untuk memastikan bahwa karyawan mendapatkan pengobatan yang tepat. Pekerja dengan kasus tuberkulosis (TBC) aktif disarankan untuk diberi cuti selama 2 minggu pada tahap pengobatan awal untuk mengurangi risiko penularan.
Ajukan Program Kembali Kerja
Pekerja dengan hasil pemeriksaan sputum negatif dan tidak menularkan berdasarkan penilaian kelaikan kerja oleh dokter perusahaan atau dokter yang menangani maka dapat kembali bekerja. Selain itu perlu dipertimbangkan jenis pekerjaan yang dilakukan saat karyawan kembali bekerja sehingga tidak memperparah kondisi kesehatan pekerja atau memicu penularan kepada pekerja lainnya.
Negosiasi Jenis Pekerjaan Saat Kembali Kerja
Karyawan dengan tuberkulosis (TBC) harus dipastikan dapat melakukan pekerjaannya tanpa membahayakan diri sendiri atau lingkungan kerja, tidak mengganggu proses pengobatan. Beberapa jenis pekerjaan yang sebaiknya dihindari yaitu pekerjaan berkenaan dengan bahan kimia, proses kerja yang menghasilkan debu, pekerjaan dengan risiko tergores atau tertusuk benda tajam.
Selain penanganan tentu diperlukan pencegahan agar kasus tuberkulosis (TBC) di tempat kerja tidak meningkat, yaitu dengan “SEHAT”:
Serukan Komitmen Pengendalian TBC
Komitmen manajemen yang jelas sangat berperan dalam hal ini sehingga dibutuhkan dukungan dari seluruh pihak agar program pencegahan TBC di tempat kerja dapat berjalan dengan baik. Komitmen pengendalian TBC di tempat kerja minimal memuat kebijakan, program kerja pengendalian TBC dan penghapusan stigma serta diskriminasi pada pekerja penderita TBC.
Edukasi dan Hotline TBC
Memberikan edukasi terkait TBC sangat penting sebagai langkah awal menginformasikan kepada seluruh karyawan terkait TBC. Edukasi yang diberikan diantaranya berupa penerapan budaya PHBS, etika batuk, peningkatan daya tahan tubuh, dampak penyakit penyerta terhadap tuberkulosis, dsb.
Penyediaan hotline atau layanan TBC dapat dilakukan dengan kerja sama antara pihak perusahaan dengan klinik perusahaan atau fasilitas layanan kesehatan terdekat (puskesmas dan rumah sakit) dalam menangani kasus TBC pada karyawan.
Amati Lingkungan Kerja
Pastikan lingkungan kerja memiliki sarana ventilasi yang baik sesuai standar.
Tentukan Kebutuhan Alat Pelindung Diri dan Vaksin
Apabila diperlukan APD bagi karyawan TBC seperti masker maupun face shield maka perlu dipertimbangkan. Selain itu perlu dipertimbangkan program pemberian vaksin hepatitis B kepada karyawan sebagai bentuk pencegahan dari penularan TBC.
1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm
Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply
Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.
Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:
Untuk mencegah terjadinya arc flash dan mengurangi risiko cedera atau kerusakan, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan:
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, dapat mengurangi risiko terjadinya arc flash dan meningkatkan keselamatan pekerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Selain itu, pengawasan dan peninjauan terus menerus terhadap keamanan sistem kelistrikan juga sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman dari potensi bahaya arc flash.
Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash
Berikut adalah beberapa tips keselamatan kerja yang dapat membantu menghindari risiko arc flash di lingkungan kerja:
Dengan mematuhi tips keselamatan kerja ini dan mengadopsi praktik keselamatan yang baik, Anda dapat membantu mengurangi risiko terjadinya arc flash dan menjaga keselamatan diri sendiri serta rekan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan yang melibatkan risiko listrik.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa arc flash adalah bahaya serius yang dapat terjadi di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Dampaknya dapat fatal, menyebabkan luka bakar serius, kerusakan mata dan pendengaran, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dampak, dan langkah-langkah pencegahan arc flash, kita dapat mengurangi risiko dan menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.
Melakukan inspeksi dan pemeliharaan sistem kelistrikan secara berkala, menggunakan alat pelindung diri yang tepat, melatih pekerja tentang bahaya arc flash, memasang perangkat perlindungan arc flash, serta mengikuti tips keselamatan kerja yang tepat dapat membantu mencegah kejadian arc flash dan melindungi keselamatan di tempat kerja. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, dan langkah-langkah pencegahan harus diadopsi secara konsisten untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dari risiko arc flash.
sumber: indonesiasafetycenter
Penerangan yang buruk bukan berati yang gelap. Namun penerangan yang baik ditempat kerja adalah yang tidak menyilaukan, yang tidak berkedip, yang tidak menimbulkan bayangan kontras dan tidak menimbulkan panas. Biasanya intensitas pencahayaan dinyatakan dalam satuan Lux.
Dalam bekerja tentunya pencahayaan ini sangat penting, sehingga dalam regulasi pemerintah telah dibuatkan standarisasi berkaitan tingkat pencahayaan untuk jenis-jenis pekerjaan tertentu. Misalnya untuk penerangan di halaman dan jalan standar yang ditetapkan pemerintah yaitu setidaknya 20 lux.
Atau untuk pekerjaan yang sifatnya mengerjakan bahan-bahan yang kasar, atau pergudangan untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar setidaknya perlu 50 lux. Semakin teliti maka semakin tinggi juga intensitas yang diperlukan namun tetap ada batasannya. Karena pencahayaan yang terlalu terang juga bisa membahayakan.
Penerangan yang buruk atau yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya akan menimbulkan risiko pada pekerja seperti kelelahan mata, berkurangannya kemampuan mampu hingga kerusakan indera mata.
Di beberapa kondisi, penerangan yang buruk juga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penting memastikan bahwa kita bekerja dengan penerangan yang baik. Aturan terkait pencahayaan bisa dilihat di Permenaker no 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja (halaman 61)