Sejak tahun 2016, terutama di daerah DKI Jakarta, gedung-gedung bertingkat disibukkan dengan jadwal Fire Drill. Selain sebagai pemenuhan peraturan perundangan, aktivitas ini juga digunakan sebagai mitigasi terhadap bencana kebakaran di gedung bertingkat.
Fire Drill
Dalam Cambdridge Dictionary, fire drill merupakan satu set tindakan yang harus dilakukan, agar dapat keluar dari gedung seperti gedung perkantoran, pabrik, atau sekolah ketika terjadi kebakaran. Atau, ketika latihan menghadapi hal tersebut.
Jadi intinya, tujuan utama fire drill adalah untuk melatih penghuni gedung dalam menghadapi kemungkinan kejadian kebakaran. Poin penting dalam drill bukanlah seberapa cepat anda dapat keluar gedung, tetapi seberapa teratur anda dapat keluar gedung dan seberapa teratur penanganan tim dalam keadaan kebakaran.
Karena dengan keteraturan tersebut, akan tercapai waktu yang sesuai dalam penanganan keadaan darurat kebakaran. Logikanya, ketika kita melaksanakan aksi evakuasi maupun penanganan kebakaran, jika tidak dilakukan secara teratur, akan menyebabkan banyak waktu yang terbuang.
Misalnya, ketika terjadi kebakaran, evakuasi tidak teratur menyebabkan penghuni gedung berdesakan keluar. Penanganan yang tidak teratur pun akan menyebabkan api semakin membesar sehingga memakan waktu lebih lama untuk pemadaman.
Nah, untuk mencapai keteraturan yang dimaksud, maka diperlukan drill yang terencana dengan baik dan konsisten. Konsisten dalam artian pelaksanaannya dilakukan secara reguler dan jika ada kekurangan dapat dijadikan evaluasi.
Untuk melaksanakan fire drill yang terencana dengan baik, berikut langkah yang dapat dilakukan penyelenggara :
1. Membentuk Tim Tanggap Darurat
Langkah pertama yang dapat dilakukan penyelenggara adalah membentuk tim tanggap darurat. Tanpa adanya tim tanggap darurat, akan sulit mengatur jalannya evakuasi maupun upaya pemadaman api itu sendiri.
2. Melatih Tim Tanggap Darurat
Dalam tim tanggap darurat, terdapat beberapa posisi yang memerlukan pelatihan khusus. Contohnya petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), petugas alat pemadam api ringan (APAR), petugas pemadam api yang menggunakan hydrant dan lainnya. Masing-masing posisi harus terlatih dengan baik sehingga saat pelaksanaan, dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Melengkapi Peralatan Tim Tanggap Darurat
Selain sumber daya manusia (SDM), tim tanggap darurat juga perlu peralatan penunjang dalam melaksanakan tugasnya. Jika SDM tim sudah kompeten, kelengkapan peralatan akan menambah kesiapan tim dalam menghadapi kebakaran.
4. Menetapkan Prosedur Keadaan Darurat
Setelah kesiapan tim, kita perlu pastikan tim memiliki prosedur tetap dalam penanganan keadaan darurat. Dengan adanya prosedur yang ditetapkan, tim akan memiliki pemahaman dan tujuan yang sama sehingga dapat bergerak sebagai sebuah kesatuan dalam pelaksanaan drill.
5. Menetapkan Skenario
Selanjutnya, dalam persiapan, perlu penetapan skenario yang akan dilakukan. Penetapan skenario perlu diketahui oleh seluruh tim. Hal ini ditujukan untuk melatih tim dalam menghadapi berbagai skenario / kejadian yang dapat terjadi saat penanganan kebakaran.
6. Menetapkan Jadwal
Pada umumnya, penetapan jadwal fire drill sangat bergantung pada aktivitas gedung itu sendiri. Jika memungkinkan, penghuni gedung bahkan tidak diberi tahu mengenai rencana pelaksanaannya. Sehingga fire drill dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya jika terjadi kebakaran. Apakah tim dapat mengatur pelaksanaan evakuasi penghuni sehingga tercapai keteraturan atau tidak.
Tetapi, jika penghuni gedung belum terbiasa, kita dapat mengambil opsi dengan memberi tahu tanggal dan bulan jadwal fire drill kepada penghuni gedung. Kemudian secara bertahap kita bisa meningkatkan kerahasiaan jadwal dengan misalnya hanya memberi tahu bulan pelaksanaannya. Kemudian, kita bisa benar-benar merahasiakan jadwal pelaksanaannya.
7. Memberi Informasi kepada Pihak-Pihak Berkepentingan
Hal ini juga sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan fire drill. Pihak-pihak yang dapat kita hubungi dan libatkan misalnya Dinas Pemadam Kebakaran, Rumah Sakit terdekat / yang telah bekerja sama, Kepolisian setempat dan Babinsa setempat. Untuk pihak lain yang perlu kita hubungi tentang pelaksaan drill ini misalnya gedung tetangga (agar tidak terjadi kepanikan).
Demikian beberapa langkah yang dapat anda terapkan ketika persiapan pelaksanaan fire drill. Perlu diingat, setelah pelaksaan, kita harus melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaannya. Sehingga fire drill dapat dilakukan secara konsisten dan ada peningkatan berkelanjutan.
Penulis : Permana Eka Satria
Dalam menjaga keselamatan di lingkungan kerja berpotensi berbahaya, lifeline merupakan alat yang sangat penting. Dengan memilih dan menggunakan lifeline yang tepat, pekerja dapat bekerja dengan lebih percaya diri dan aman di ketinggian, mengurangi risiko jatuh bebas dan cedera yang serius. Namun, keselamatan tidak hanya tergantung pada pemilihan lifeline yang sesuai, tetapi juga pada pemahaman dan penggunaan yang benar oleh para pekerja.
Pentingnya kesadaran dan pelatihan dalam penggunaan lifeline tidak boleh diabaikan. Para pekerja perlu diberikan pemahaman mendalam tentang cara menggunakan lifeline dengan benar, termasuk cara memasangnya, mengaitkan diri dengan benar, dan melakukan inspeksi rutin untuk memastikan kondisi lifeline tetap optimal. Hal ini akan memastikan bahwa lifeline dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam situasi darurat dan memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja.
Lifeline adalah alat penting yang digunakan dalam berbagai industri untuk melindungi keselamatan para pekerja di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Beberapa contoh penggunaan lifeline meliputi:
Tips Memilih Lifeline yang Tepat
Ketika memilih lifeline, ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan agar memastikan keselamatan dan kinerja optimal. Berikut adalah beberapa tips dalam memilih lifeline yang tepat:
Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.
Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.
Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:
Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman
Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:
Penilaian risiko kebakaran dirancang untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kebakaran dengan mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko kebakaran di dalam gedung. Namun, tidak hanya memeriksa struktur bangunan itu sendiri, tapi isi bangunan, tata letak, dan penggunaan bangunan. Bagaimana penggunaan bangunan tersebut mempengaruhi risiko kebakaran? Berapa banyak orang yang ada di dalam gedung? Bagaimana mereka akan selamat jika terjadi kebakaran? Langkah apa yang harus diambil untuk meminimalisir bahaya?
Untuk bisnis atau bangunan umum seperti toko, gedung perkantoran, atau tempat-tempat vital lainnya dan bahkan stasiun bis dan kereta api, perlu dilakukan penilaian risiko kebakaran. Semua properti perlu mendapat penilaian risiko kebakaran. Ini bukan dokumen opsional dan diwajibkan oleh hukum Inggris.
Penilaian Resiko Kebakaran adalah proses yang melibatkan evaluasi sistematis terhadap faktor-faktor yang menentukan bahaya kebakaran, serta kemungkinan kebakaran akan terjadi, dan konsekuensinya jika terjadi.
5 langkah untuk Penilaian Risiko:
Penting untuk diingat bahwa Penilaian Resiko Kebakaran Anda harus menunjukkan bahwa sejauh masuk akal, Anda telah mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang relevan termasuk penyandang cacat, atau gangguan yang dapat mengurangi pelarian mereka dari tempat tersebut.
Tapi mengapa perlu penilaian risiko kebakaran?
Alasannya adalah bahwa penilaian risiko kebakaran diperlukan karena diatur dalam Regulatory Reform (Fire Safety) Order 2005. Di Indonesia Penerapan FRA ini dapat mengacu kepada standar National Fire Protection Association (NFPA) dan juga peraturan lokal seperti PerMen PU No. 26 Tahun 2008. Pengelolaan proteksi kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun minimalisasi risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif.
Secara sederhana, peraturan tersebut menyatakan bahwa penilaian risiko kebakaran harus dilakukan, namun juga mencantumkan berbagai persyaratan lainnya seperti: siapa yang dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, siapa yang bertanggung jawab jika terjadi kebakaran, bagaimana prosedur dalam tanggap darurat dan untuk wilayah rawan bahaya, bagaiamana memberikan sosialisasi kepada setiap karyawan sehingga karyawan mampu menyelamatkan diri, dan informasi apa yang harus diberikan kepada karyawan.
Penting untuk dipahami bahwa kegagalan mematuhi Regulasi (Keselamatan Kebakaran) atau kelalaian yang menyebabkan kebakaran pada orang lain dapat dituntut secara pidana kurungan paling lama 5 tahun atau pidana kurungan paling lama setahun menurut pasal 188 KUHP. Dalam beberapa kasus, pihak yang bersalah berakhir dengan hukuman penjara.
Penting untuk dicatat bahwa undang-undang meminta penilaian risiko agar ‘sesuai’ dan ‘cukup’. Masalahnya adalah bahwa ada tingkat interpretasi di sini: apa yang mungkin cocok untuk satu properti tentu tidak akan sesuai untuk yang lain. Inilah sebabnya mengapa penting untuk menyesuaikan penilaian risiko kebakaran di masing-masing lokasi, serta untuk memperbarui dan meninjau penilaian saat dan kapan perubahan terjadi, seperti saat ruangan dipindahkan, orang-orang di bangunan tersebut berubah (terutama jika terdapat anak-anak atau orang cacat atau lanjut usia).
Siapa pun dapat melakukan penilaian risiko kebakaran, asalkan dianggap ‘kompeten’, namun baru-baru ini ditemukan bahwa banyak pemilik bisnis tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk menyelesaikan penilaian risiko tanpa bantuan. Masalahnya muncul ketika orang yang melakukan penilaian risiko kebakaran tidak memiliki pengalaman dan kemampuan untuk sepenuhnya menganalisis risiko. Bagaimana jika risiko atau bahaya tidak terjawab?
Tapi bagaimana Anda menemukan penilai risiko yang andal? Jawabannya sederhana: use only verified and certified risk assessors!
Penilaian risiko kebakaran mudah dilakukan, namun sulit dilakukan dengan baik. Hampir semua orang yang memiliki latar belakang di industri kebakaran dapat menjadikan diri mereka sebagai penilai risiko kebakaran yang ‘profesional’. Bahkan ada ratusan perusahaan yang mengaku sebagai ‘expert’ risk assessors, namun tanpa ada bukti nyata seperti tidak memiliki sertifikat.
Untuk mencegah terjadinya arc flash dan mengurangi risiko cedera atau kerusakan, langkah-langkah pencegahan berikut dapat diterapkan:
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, dapat mengurangi risiko terjadinya arc flash dan meningkatkan keselamatan pekerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Selain itu, pengawasan dan peninjauan terus menerus terhadap keamanan sistem kelistrikan juga sangat penting untuk menjaga lingkungan kerja tetap aman dari potensi bahaya arc flash.
Tips Keselamatan Kerja untuk Menghindari Arc Flash
Berikut adalah beberapa tips keselamatan kerja yang dapat membantu menghindari risiko arc flash di lingkungan kerja:
Dengan mematuhi tips keselamatan kerja ini dan mengadopsi praktik keselamatan yang baik, Anda dapat membantu mengurangi risiko terjadinya arc flash dan menjaga keselamatan diri sendiri serta rekan kerja di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama dalam setiap pekerjaan yang melibatkan risiko listrik.
Kesimpulan
Dalam kesimpulan, penting untuk diingat bahwa arc flash adalah bahaya serius yang dapat terjadi di lingkungan kerja yang melibatkan listrik. Dampaknya dapat fatal, menyebabkan luka bakar serius, kerusakan mata dan pendengaran, gangguan pernapasan, bahkan kematian. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, tanda-tanda, dampak, dan langkah-langkah pencegahan arc flash, kita dapat mengurangi risiko dan menjaga keselamatan diri dan rekan kerja.
Melakukan inspeksi dan pemeliharaan sistem kelistrikan secara berkala, menggunakan alat pelindung diri yang tepat, melatih pekerja tentang bahaya arc flash, memasang perangkat perlindungan arc flash, serta mengikuti tips keselamatan kerja yang tepat dapat membantu mencegah kejadian arc flash dan melindungi keselamatan di tempat kerja. Keselamatan harus selalu menjadi prioritas utama, dan langkah-langkah pencegahan harus diadopsi secara konsisten untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dari risiko arc flash.
sumber: indonesiasafetycenter