Prosedur Inspeksi dan Pemeliharaan Passenger Hoist Serta Regulasinya
Safety K3

Prosedur Inspeksi dan Pemeliharaan Passenger Hoist Serta Regulasinya

25 Juli 2024

Pentingnya menjaga keamanan dan mematuhi regulasi tidak boleh diabaikan saat menggunakan Passenger Hoist. Dengan memastikan bahwa semua sistem keamanan berfungsi dengan baik dan mengikuti regulasi yang berlaku, pengguna hoist dapat menjaga keamanan pekerja dan operasi konstruksi secara keseluruhan. Ini termasuk melakukan pemeriksaan rutin, melaksanakan pelatihan yang sesuai untuk operator, dan mematuhi pedoman keselamatan kerja yang ditetapkan.

Standar Keamanan dan Regulasi Passenger Hoist

Beberapa standar internasional yang relevan untuk keamanan Passenger Hoist adalah:

  1. ISO 22559-1:2019 – Cranes – General design – Part 1: General principles and requirements
  2. ISO 22559-2:2019 – Cranes – General design – Part 2: Load actions
  3. ISO 22559-3:2019 – Cranes – General design – Part 3: Limit states and proof of competence of structural components
  4. ISO 22559-4:2019 – Cranes – General design – Part 4: Design against seismic actions
  5. ISO 22559-5:2019 – Cranes – General design – Part 5: Stability

Regulasi dan Perizinan Penggunaan Passenger Hoist di Indonesia

Di Indonesia, penggunaan Passenger Hoist diatur oleh beberapa regulasi dan standar keselamatan, termasuk:

  1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.07/MEN/1997 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Konstruksi.
  2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1988 tentang Penyelenggaraan dan Penggunaan Mesin Pengangkat.
  3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 05/MEN/1996 tentang Penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Mesin Pengangkat.

Penggunaan Passenger Hoist di Indonesia biasanya memerlukan perizinan dari otoritas setempat, seperti Dinas Tenaga Kerja atau otoritas keselamatan dan kesehatan kerja setempat. Perusahaan atau individu yang menggunakan Passenger Hoist diwajibkan untuk mematuhi regulasi dan standar keselamatan yang berlaku.

Prosedur Inspeksi dan Pemeliharaan Passenger Hoist

Prosedur inspeksi dan pemeliharaan Passenger Hoist biasanya meliputi langkah-langkah berikut:

  1. Inspeksi Rutin: Dilakukan oleh operator atau teknisi berlisensi untuk memeriksa kondisi umum hoist, termasuk sistem penggerak, sistem rem, dan sistem keamanan.
  2. Pemeliharaan Preventif: Dilakukan secara berkala untuk membersihkan, memeriksa, dan mengganti komponen yang aus atau rusak.
  3. Kalibrasi: Dilakukan untuk memastikan akurasi pengukuran dan keandalan sistem kontrol.
  4. Pemeriksaan Keselamatan: Dilakukan untuk memastikan semua sistem keamanan, seperti rem darurat dan sensor overload, berfungsi dengan baik.
  5. Pemeliharaan Berkala: Dilakukan oleh teknisi terlatih sesuai dengan rekomendasi produsen hoist untuk memastikan kinerja yang optimal.

Tips Memilih dan Menggunakan Passenger Hoist

Memilih dan menggunakan Passenger Hoist dengan benar adalah kunci keselamatan dan efisiensi di lokasi konstruksi. Mari kita jelaskan secara lebih mendetail:

Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Memilih Passenger Hoist

  1. Kapasitas Angkat: Pastikan hoist memiliki kapasitas angkat yang sesuai dengan kebutuhan proyek Anda. Itu mencakup berat total muatan yang akan diangkut secara rutin.
  2. Kecepatan Angkat: Pertimbangkan kecepatan angkat hoist. Terlalu cepat bisa menjadi bahaya, terutama saat menaikkan atau menurunkan pekerja atau barang.
  3. Ketinggian Angkutan: Pilih hoist yang memiliki ketinggian angkutan yang mencukupi untuk mencapai semua area yang perlu dijangkau di lokasi konstruksi Anda.
  4. Ketersediaan Suku Cadang: Pastikan suku cadang untuk hoist tersebut mudah ditemukan. Dalam hal pemeliharaan dan perbaikan, ketersediaan suku cadang bisa memengaruhi downtime proyek Anda.
  5. Kualitas dan Keandalan: Pilih hoist dari produsen yang terpercaya dan memiliki reputasi baik dalam industri konstruksi. Pastikan hoist tersebut telah diuji dan memenuhi standar keselamatan yang berlaku.

Cara Aman Mengoperasikan Passenger Hoist

  1. Pelatihan yang Memadai: Pastikan semua operator hoist telah menerima pelatihan yang memadai sebelum mengoperasikan perangkat. Mereka harus memahami prosedur operasi yang tepat dan tahu bagaimana mengatasi situasi darurat.
  2. Pemeriksaan Pra-operasional: Sebelum digunakan, lakukan pemeriksaan menyeluruh pada hoist untuk memastikan bahwa semua sistem berfungsi dengan baik dan tidak ada masalah yang terlihat.
  3. Pemantauan Terus Menerus: Selama pengoperasian, operator harus secara terus-menerus memantau kondisi hoist dan segera merespons jika ada tanda-tanda masalah atau kerusakan.

Prosedur Pencegahan Kecelakaan dan Cedera saat Menggunakan Passenger Hoist

  1. Gunakan Peralatan Pelindung Diri (APD): Pastikan semua pekerja yang menggunakan hoist memakai APD yang sesuai, seperti helm, sabuk pengaman, dan sepatu pelindung.
  2. Pengecekan Keselamatan: Sebelum naik, pastikan semua sistem keselamatan hoist berfungsi dengan baik, termasuk rem darurat, alarm, dan sensor overload.
  3. Tidak Melebihi Kapasitas: Jangan pernah melebihi kapasitas muatan maksimum yang ditetapkan untuk hoist. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan serius.
  4. Komunikasi yang Baik: Pastikan komunikasi yang baik antara operator hoist dan pekerja yang diangkut. Hal ini penting untuk koordinasi yang efektif dan keselamatan semua orang di lokasi kerja.
  5. Larangan Menaikkan atau Menurunkan Saat Beban Bergoyang: Jika beban terasa tidak stabil atau bergoyang, hentikan operasi dan stabilkan beban sebelum melanjutkan.

Dengan memperhatikan faktor-faktor ini dan mematuhi prosedur keselamatan yang benar, penggunaan Passenger Hoist dapat dilakukan dengan aman dan efisien di lokasi konstruksi, membantu mencegah kecelakaan dan cedera yang tidak diinginkan.

Artikel Lainnya

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?
Safety K324 Agustus 2023

Selain Fire Detector, Apa Komponen Lain yang Ada pada Fire Alarm?

1. Control Panel Fire Alarm

Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.

Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.

Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.

2. Audible Visual Fire Alarm

fire alarm horn strobe

Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.

  • Audible berupa perangkat yang akan memberikan peringatan berupa suara sirine, klakson, maupun seperti lonceng.
  • Strobe cenderung memberikan peringatan bahaya kebakaran melalui kedipan lampu. Jadi, misal terdeteksi kebakaran, Strobe ini akan mem-flash lampu tanda bahaya kebakaran tanpa dengan adanya peringatan suara.
  • Horn Strobe merupakan komponen peringatan kebakaran yang banyak digunakan. Jadi, horn strobe ini akan menggabungkan antara alarm audible dengan strobe. Sehingga, nanti jika terjadi kebakaran akan ditandai dengan peringatan suara yang disertai dengan kedipan lampu bahaya.

Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.

3. Power Supply

power supply fire alarm

Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.

Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline
Safety K319 September 2024

Faktor-Faktor yang Harus Dipertimbangkan Saat Memilih Lifeline

Keselamatan tidak hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan dan pengelola proyek untuk memastikan bahwa semua pekerja dilengkapi dengan lifeline yang sesuai dan mendapat pelatihan yang diperlukan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan aman.

Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman, di mana setiap pekerja dapat bekerja dengan damai dan produktif, tanpa khawatir akan risiko yang tidak perlu.

Memilih lifeline yang tepat adalah keputusan penting yang memerlukan pertimbangan serius terhadap beberapa faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih lifeline:

  1. Jenis Pekerjaan yang Dilakukan
    Pertimbangkan jenis pekerjaan yang akan dilakukan dengan lifeline. Apakah itu pekerjaan di atap, climbing, industrial, atau rescue? Setiap jenis pekerjaan memiliki persyaratan yang berbeda dalam hal jenis lifeline yang dibutuhkan.
  1. Ketinggian Pekerjaan
    Tentukan ketinggian di mana lifeline akan digunakan. Pekerjaan di ketinggian yang berbeda mungkin memerlukan jenis lifeline yang berbeda pula. Misalnya, pekerjaan di ketinggian yang sangat tinggi mungkin memerlukan lifeline dengan shock absorber untuk meredam gaya benturan saat jatuh.
  1. Berat Pengguna
    Pastikan lifeline yang dipilih memiliki kapasitas beban yang sesuai dengan berat pengguna. Setiap lifeline memiliki batas berat maksimum yang dapat menahannya. Penting untuk memilih lifeline yang mampu menopang berat pengguna dengan aman.
  1. Kondisi Lingkungan
    Perhatikan kondisi lingkungan tempat lifeline akan digunakan. Apakah itu dalam cuaca ekstrem, lingkungan yang korosif, atau di sekitar benda-benda tajam? Lifeline yang dipilih harus tahan terhadap kondisi lingkungan yang spesifik di tempat kerja.
  1. Standar dan Peraturan Keselamatan
    Pastikan lifeline mematuhi standar keselamatan dan peraturan yang berlaku. Setiap negara atau wilayah memiliki regulasi yang mengatur penggunaan lifeline dan perlengkapan keselamatan kerja lainnya. Pastikan untuk memilih lifeline yang sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Tips Menggunakan Lifeline dengan Aman

Menggunakan lifeline dengan aman adalah kunci untuk menjaga keselamatan di tempat kerja yang melibatkan pekerjaan di ketinggian. Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda menggunakan lifeline dengan aman:

  1. Lakukan Pemeriksaan Lifeline Secara Berkala
    Periksa lifeline secara rutin untuk memastikan bahwa tidak ada kerusakan atau keausan yang terjadi. Pastikan semua komponen lifeline, seperti tali, karabiner, dan harness, berfungsi dengan baik dan dalam kondisi yang baik.
  1. Gunakan Peralatan yang Sesuai dengan Standar Keselamatan
    Pastikan bahwa lifeline dan semua peralatan keselamatan yang terkait memenuhi standar keselamatan yang berlaku. Gunakan hanya peralatan yang telah diuji dan disetujui untuk penggunaan di lingkungan kerja Anda.
  1. Ikuti Pelatihan Penggunaan Lifeline
    Sebelum menggunakan lifeline, pastikan untuk mengikuti pelatihan yang sesuai tentang cara menggunakan lifeline dengan benar. Pelatihan ini akan membantu Anda memahami cara memasang lifeline dengan benar, cara menggunakan peralatan dengan aman, dan langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi darurat.
  2. Lakukan Pekerjaan dengan Hati-hati dan Fokus
    Saat menggunakan lifeline, selalu lakukan pekerjaan dengan hati-hati dan fokus. Hindari mengalihkan perhatian atau melakukan tindakan yang berisiko saat terhubung dengan lifeline. Tetap konsentrasi pada tugas Anda dan patuhi prosedur keselamatan yang telah ditetapkan.
Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja
Safety K327 September 2024

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Mengetahui klasifikasi area berbahaya merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan kerja karena dapat membantu mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi. Kecelakaan kerja dapat memiliki dampak negatif yang serius, termasuk cedera fisik yang parah atau bahkan kematian bagi pekerja yang terlibat.

Selain itu, kecelakaan juga dapat merugikan perusahaan dengan menyebabkan kerusakan pada peralatan dan properti, mengganggu produktivitas, serta menimbulkan biaya medis dan kompensasi yang tinggi. 

Tips Menerapkan Tindakan Pencegahan di Tempat Kerja

Menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu dalam menerapkan tindakan pencegahan di tempat kerja:

  1. Komitmen manajemen untuk keselamatan kerja
    Manajemen harus memberikan komitmen yang kuat untuk keselamatan kerja dengan menetapkan kebijakan, memberikan sumber daya yang cukup, dan mendukung upaya keselamatan.
  2. Melibatkan pekerja dalam identifikasi bahaya dan penilaian risiko
    Pekerja adalah sumber informasi yang berharga tentang kondisi di tempat kerja. Libatkan mereka dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang potensi bahaya di tempat kerja.
  3. Menyediakan pelatihan keselamatan kerja yang berkelanjutan
    Memberikan pelatihan keselamatan kerja yang terus-menerus kepada semua pekerja untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap bahaya dan cara mengurangi risiko di tempat kerja.
  4. Menerapkan dan memelihara program K3 yang efektif
    Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dirancang dengan baik, diterapkan secara konsisten, dan diperbarui sesuai dengan perubahan kondisi di tempat kerja.
  5. Melakukan inspeksi rutin dan audit keselamatan kerja
    Lakukan inspeksi rutin untuk mengidentifikasi bahaya potensial dan memastikan bahwa semua tindakan pencegahan telah diterapkan dengan benar. Audit keselamatan kerja juga penting untuk mengevaluasi efektivitas program K3.
  6. Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku kerja yang aman
    Berikan penghargaan dan pengakuan kepada pekerja yang berkontribusi pada keselamatan kerja dengan mematuhi prosedur keselamatan, mengidentifikasi bahaya, atau memberikan saran untuk meningkatkan keselamatan.

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman adalah tanggung jawab bersama. Keselamatan kerja merupakan prioritas yang harus dipegang oleh semua pihak terlibat, baik manajemen perusahaan maupun para pekerja. Dengan memahami klasifikasi area berbahaya dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat meminimalkan risiko kecelakaan kerja yang serius.

Dan dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti pelatihan keselamatan, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan prosedur keselamatan, kita dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman bagi semua.

Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline
Safety K316 September 2024

Mengenal Jenis Lifeline dan Komponen Utama Lifeline

Manfaat menggunakan lifeline sangat besar, tidak hanya bagi keselamatan pekerja tetapi juga bagi keselamatan keseluruhan di tempat kerja. Penggunaan lifeline dapat mengurangi risiko kecelakaan serius atau fatal yang bisa terjadi jika pekerja jatuh dari ketinggian.

Selain itu, dengan meningkatkan keselamatan kerja, penggunaan lifeline juga dapat mengurangi biaya yang terkait dengan kecelakaan kerja, seperti biaya medis, kompensasi pekerja, atau penundaan proyek. Dengan demikian, lifeline bukan hanya merupakan alat pengaman individual, tetapi juga merupakan investasi penting untuk keselamatan dan kesejahteraan pekerja serta kelangsungan bisnis.

Jenis-Jenis Lifeline

Terdapat empat jenis utama lifeline yang digunakan dalam berbagai aplikasi keselamatan dan industri. Mari kita jelaskan lebih detail tentang masing-masing jenis:

  1. Lifeline Statis
    Lifeline statis adalah jenis lifeline yang terpasang secara permanen pada anchor point tertentu. Lifeline ini biasanya digunakan dalam aplikasi climbing dan rescue di mana pekerja atau penyelamat perlu terikat pada titik tetap untuk mengamankan diri atau melakukan penyelamatan. Contoh dari lifeline statis mencakup single-leg lifeline, yang terdiri dari satu tali yang terhubung ke anchor point, serta double-leg lifeline, yang memiliki dua tali untuk meningkatkan keamanan.
  1. Lifeline Dinamis
    Lifeline dinamis memiliki fungsi shock absorber yang dapat meredam energi benturan saat terjadi jatuh. Ini membuatnya sangat cocok untuk aplikasi climbing dan industrial di mana risiko jatuh besar. Contoh dari lifeline dinamis mencakup single-leg lifeline dan double-leg lifeline dengan fungsi shock absorber yang disematkan. Saat terjadi jatuh, shock absorber pada lifeline dinamis akan mengurangi gaya yang bekerja pada tubuh pekerja, sehingga mengurangi risiko cedera serius.
  1. Lifeline Horizontal
    Lifeline horizontal dipasang untuk memberikan jalur horizontal yang aman bagi pekerja untuk bergerak di atas permukaan tertentu. Lifeline ini sering digunakan dalam aplikasi industrial dan rescue di mana pekerja harus berpindah secara horizontal di atas atap, platform, atau struktur lainnya. Contoh dari lifeline horizontal mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, dan multi-line lifeline, yang memungkinkan beberapa pekerja untuk terikat pada satu lifeline untuk bekerja bersama-sama.
  1. Lifeline Vertical
    Lifeline vertical dipasang untuk naik atau turun secara vertikal, seperti dalam situasi climbing atau penyelamatan. Lifeline ini umumnya digunakan saat pekerja harus naik atau turun dari gedung tinggi, menara, atau struktur vertikal lainnya. Contoh dari lifeline vertical mencakup single-line lifeline, yang digunakan oleh satu pekerja, serta lifeline vertical dengan desain seperti tangga yang memudahkan pekerja untuk naik atau turun dengan lebih aman dan efisien.

Komponen Utama Lifeline

Komponen-komponen utama lifeline adalah unsur-unsur kunci yang bekerja bersama-sama untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada pekerja yang menggunakan lifeline. Berikut penjelasan tentang masing-masing komponen:

  1. Tali
    Tali adalah bagian utama dari lifeline yang terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama, seperti baja atau serat sintetis yang kuat. Tali ini menjadi tulang punggung dari keseluruhan sistem lifeline dan bertanggung jawab untuk menahan beban pekerja saat terjadi kejadian darurat, seperti jatuh.
  1. Karabiner
    Karabiner adalah alat pengait yang digunakan untuk menghubungkan lifeline ke anchor point atau titik pengait pada harness pekerja. Karabiner haruslah dirancang untuk menahan beban yang tinggi dan memiliki mekanisme penguncian yang aman untuk mencegah kelonggaran yang tidak diinginkan.
  1. Shock absorber
    Shock absorber adalah komponen penting dalam lifeline dinamis yang berfungsi untuk menyerap energi benturan saat terjadi jatuh. Saat pekerja jatuh, shock absorber akan meredam gaya benturan yang bekerja pada tubuh pekerja, mengurangi risiko cedera serius.
  1. Harness
    Harness adalah alat yang dipakai di tubuh pekerja untuk mendukung dan mendistribusikan beban jatuh saat terjadi kejadian darurat. Harness terdiri dari sabuk-sabuk yang melekat di tubuh pekerja dan titik-titik pengait untuk menghubungkan lifeline dan peralatan keselamatan lainnya.
  1. Descent device
    Descent device adalah alat yang digunakan untuk turun secara terkontrol pada lifeline. Alat ini biasanya digunakan dalam situasi penyelamatan atau evakuasi di mana pekerja harus turun dari ketinggian dengan aman dan terkendali.