Pernah dengar berita kecelakaan kerja yang terjadi saat sebuah proyek konstruksi yang menggunakan crane untuk mengangkut barang, namun beban yang dibawanya terlepas dan menimpa pekerja dan aset yang berada di bawahnya? Tentunya kejadian seperti ini pernah terjadi dan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi para pengusaha.
Tidak hanya kerugian akibat kerusakan benda yang jatuh, tetapi juga kehilangan dari aset yang tertimpa benda jatuh. Tidak hanya itu, jika benda tersebut menimpa pekerja, bukan tidak mungkin nyawa pekerja yang tertimpa akan melayang. Selain itu, satu yang pasti dari kejadian serupa adalah adanya kerugian waktu akibat kejadian tersebut.
Oleh karena itu, seluruh badan dunia yang fokus pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sepakat bahwa setiap pekerjaan yang menggunakan crane sebagai alat angkat angkut, wajib dioperasikan oleh seorang operator crane yang berkompeten.
Koordinasi antara operator crane dan seorang rigger dalam hal pemberian signal pengangkatan menjadi kunci pengangkatan dan pengangkutan barang menggunakan crane dapat sampai di tempat tujuan dengan aman.
Untuk memberikan standar yang sama bagi para operator crane dan rigger, terdapat beberapa hand signal rigger yang telah diberlakukan secara internasional, salah satunya adalah hand signal yang dikeluarkan oleh Occupational Safety and Health Administration (OHSA).
1. Hoist
Gerakan ini digunakan saat rigger meminta operator crane untuk mengangkat beban. Caranya, angkat lengan membentuk siku-siku dengan posisi jari telunjuk ke atas sambil tangan diputar searah jarum jam. Isyarat ini digunakan pada proses pengangkatan barang/beban.
2. Lower
Gerakan ini digunakan saat rigger meminta operator crane untuk menurunkan beban. Caranya, Angkat lengan membentuk siku-siku dengan posisi jari telunjuk menunjuk ke bawah sambil tangan diputar searah jarum jam. Isyarat ini digunakan pada proses penurunan barang/ beban.
3. Raise Boom
Gerakan ini digunakan saat rigger hendak meminta operator crane menaikkan boom. Caranya Angkat lengan kanan setinggi bahu, lurus ke samping dengan posisi tangan mengepal dan ibu jari menunjuk ke atas. Isyarat ini berarti boom dinaikkan.
4. Lower Boom
Gerakan ini digunakan saat rigger hendak meminta operator crane menurunkan boom. Angkat lengan kanan setinggi bahu, lurus ke samping dengan posisi tangan mengepal ibu jari menunjuk ke bawah. Isyarat ini berarti boom diturunkan.
5. Move Slowly
Gerakan ini dilakukan oleh rigger saat ia meminta operator crane melakukan gerakan dengan perlahan. Caranya telunjuk menunjuk ke atas putar searah jarum jam di bawah telapak tangan yang lain. Isyarat tangan ini memiliki arti menaikkan atau menurunkan beban secara perlahan-lahan.
Penggunaan hand signal dengan referensi dari lembaga manapun, dapat dilakukan. Hal paling penting adalah kesepakatan antara operator crane dan rigger, sehingga mereka saling memahami sinyal yang diberikan satu sama lain. Tetap jaga keselamatan diri kita selama melakukan pekerjaan di manapun kita berada.
sumber : petrotraining asia
Dalam menjaga keselamatan di lingkungan kerja berpotensi berbahaya, lifeline merupakan alat yang sangat penting. Dengan memilih dan menggunakan lifeline yang tepat, pekerja dapat bekerja dengan lebih percaya diri dan aman di ketinggian, mengurangi risiko jatuh bebas dan cedera yang serius. Namun, keselamatan tidak hanya tergantung pada pemilihan lifeline yang sesuai, tetapi juga pada pemahaman dan penggunaan yang benar oleh para pekerja.
Pentingnya kesadaran dan pelatihan dalam penggunaan lifeline tidak boleh diabaikan. Para pekerja perlu diberikan pemahaman mendalam tentang cara menggunakan lifeline dengan benar, termasuk cara memasangnya, mengaitkan diri dengan benar, dan melakukan inspeksi rutin untuk memastikan kondisi lifeline tetap optimal. Hal ini akan memastikan bahwa lifeline dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam situasi darurat dan memberikan perlindungan maksimal bagi para pekerja.
Lifeline adalah alat penting yang digunakan dalam berbagai industri untuk melindungi keselamatan para pekerja di lingkungan kerja yang berpotensi berbahaya. Beberapa contoh penggunaan lifeline meliputi:
Tips Memilih Lifeline yang Tepat
Ketika memilih lifeline, ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan agar memastikan keselamatan dan kinerja optimal. Berikut adalah beberapa tips dalam memilih lifeline yang tepat:
1. Control Panel Fire Alarm
Dalam instalasi fire alarm system dibutuhkan sebuah panel, karena sistem ini bekerja secara otomatis. Sehingga membutuhkan panel untuk mengontrol semuanya.
Panel tersebut bernama MCFA (Master control fire alarm) atau yang lebih sering disebut dengan panel fire alarm. MCFA akan berperan sebagai panel pusat yang akan mengatur dan mengendalikan semua detektor dan alarm bell yang terpasang.
Jadi semua data dan sinyal yang diberikan detector akan diolah MCFA. Kemudian baru mengeluarkan output berupa suara bunyi alarm maupun disertai dengan indikator visual. Dengan seperti ini, petugas yang memiliki tanggung jawab di bangunan tersebut bisa segera mengetahui lokasi kebakaran.
2. Audible Visual Fire Alarm
Menjadi komponen yang sangat penting, karena komponen inilah yang akan memberikan tanda kepada orang-orang disekitar jika sedang terjadi kebakaran. Nah, komponen peringatan fire alarm ini dibagi menjadi 3 macam dengan fungsi yang berbeda-beda, sebagai berikut.
Sebenarnya beberapa jenis audible visual fire alarm memiliki fungsi dan tujuan yang sama. Hanya saja, Anda bisa sesuaikan dengan peringatan seperti apa yang sedang dibutuhkan untuk proteksi bangunan Anda.
3. Power Supply
Seperti yang kita tahu bahwa, fire alarm system memiliki banyak detector, apalagi yang menggunakan model Full Addressable. Maka dari itu, dibutuhkan daya listrik yang lumayan besar agar semua detektor bisa terus aktif dan siap siaga.
Itulah mengapa dibutuhkan peran power supply untuk terus memberikan daya listrik ke seluruh jaringan instalasi sistem alarm kebakaran.
Antasida adalah obat untuk meredakan gejala akibat asam lambung berlebih, seperti nyeri ulu hati, kembung, mual, atau rasa panas di dada. Obat ini bisa digunakan dalam pengobatan sakit maag, penyakit asam lambung (GERD), tukak lambung, atau gastritis.
Antasida (antacid) bekerja dengan cara menetralkan asam lambung sehingga keluhan akibat naiknya asam lambung akan mereda. Obat ini dapat bekerja dalam hitungan jam setelah diminum. Namun, antasida hanya bisa meredakan gejala dan tidak dapat mengobati penyebab meningkatnya asam lambung.
Sukralfat atau sucralfate adalah obat untuk mengatasi tukak lambung, ulkus duodenum, atau gastritis kronis. Sukralfat tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, dan suspensi yang hanya boleh digunakan dengan resep dokter.
Sukralfat bekerja dengan cara menempel di bagian lambung atau usus yang terluka. Obat ini melindungi lukadari asam lambung, enzim pencernaan, dan garam empedu. Dengan begitu, sukralfat mencegah luka menjadi semakin parah dan membantu penyembuhan luka lebih cepat.
Jika nantinya dengan penerapan pola hidup sehat tersebut kekambuhan sakit maag masih sering terjadi dan belum dapat teratasi dengan secara mandiri, maka sebaiknya periksakan diri anda ke dokter penyakit dalam.
sumber : alodokter
Peran klasifikasi area berbahaya sangat penting dalam pencegahan kecelakaan karena memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi dan menetapkan prioritas keselamatan dengan lebih efektif. Dengan mengetahui klasifikasi tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai, seperti menyusun prosedur keselamatan yang tepat dan menyediakan pelatihan kepada pekerja.
Selain itu, pengetahuan akan klasifikasi area berbahaya juga dapat meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan pekerja terhadap potensi bahaya di lingkungan kerja mereka, sehingga membantu mengurangi risiko terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, pemahaman akan klasifikasi area berbahaya menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif.
Klasifikasi area berbahaya tersebut mencakup berbagai tingkat risiko dan karakteristik yang berbeda. Ini penting untuk memastikan keselamatan dan keamanan di lingkungan kerja. Berikut adalah penjelasan singkat tentang setiap klasifikasi:
Tindakan Pencegahan untuk Masing-Masing Klasifikasi Area Berbahaya
Tindakan pencegahan untuk setiap klasifikasi area berbahaya dirancang untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengendalikan risiko potensial yang terkait dengan area tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih rinci untuk masing-masing klasifikasi: