Kecelakaan kerja tidak hanya mengakibatkan cedera pada pekerja, namun juga berdampak pada kerusakan alat bahkan bisa menghilangkan nyawa pekerja. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hal yang lebih besar, yakni kualitas, produksi, dan profitabilitas (kemampuan memperoleh laba atau keuntungan) perusahaan.
Upaya perbaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), baik dari sisi engineering atau teknis untuk mengurangi kecelakaan kerja sudah dilakukan, namun mengapa angka kecelakaan kerja di perusahaan masih tinggi? Apakah perusahaan Anda mengalami permasalahan serupa?
Berikut ini kita akan bahas mengenai Kesalahan dalam K3 apa saja yang sering dilakukan pekerja? Berikut penjelasannya!
1. Pekerja memiliki kebiasaan berasumsi atau mengira-ngira
"Kecelakaan tidak akan pernah terjadi pada saya" atau "lingkungan kerja ini sudah aman kok, pasti tidak akan terjadi masalah"
Perilaku pekerja yang suka berasumsi atau mengira-ngira memang disebabkan banyak faktor, di antaranya pengalaman pekerja, pelatihan pekerja, tingkat pendidikan, serta budaya di tempat kerja.
Hindari berasumsi atau mengira-ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja benar-benar aman dengan rutin memeriksanya. Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun dapat bermasalah.
2. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan
Perlu Anda pahami sobat safety, setiap kecelakaan atau potensi kecelakaan yang muncul, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan kecelakaan kerja, near miss, atau penyakit akibat kerja (PAK) kepada atasannya.
Dengan begitu, atasan Anda bersama tim akan melakukan investigasi dan melakukan perbaikan agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang kembali. Tindakan pencegahan inilah yang diperlukan untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja.
3. Menggunakan peralatan kerja yang salah dan/atau cara penggunaannya yang keliru
Kesalahan ini juga termasuk sering terjadi di tempat kerja. Baik pekerja lama atau baru suka menggunakan peralatan kerja yang tidak tepat sesuai peruntukan pekerjaannya atau menggunakan peralatan kerja yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru.
Akibatnya, kecelakaan yang tidak terduga-duga atau kerusakan dan cacat pada pekerja, hasil pekerjaan, atau kerusakan pada alat tersebut sangat mungkin terjadi. Kebiasaan ini biasanya disebabkan kurangnya pengetahuan pekerja, pengalaman pekerja, dan kurangnya pengawasan.
4. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
Mungkin safety officer di tempat kerja Anda sering mendapati para pekerjanya tidak menggunakan APD saat melakukan suatu pekerjaan. Entah tidak menggunakan safety helmet, tidak menggunakan alat pelindung jatuh saat bekerja di ketinggian atau tidak menggunakan pelindung mata dan wajah saat melakukan pekerjaan las.
Banyak alasan yang melatarbelakangi pekerja enggan menggunakan APD, di antaranya:
- APD yang digunakan tidak cocok atau tidak nyaman saat dipakai
- Ketidaktahuan pekerja harus memakai APD
- Tidak memiliki waktu untuk memakai APD atau memakai APD hanya menghabiskan waktu dan merepotkan
- Pekerja sering berasumsi atau terlalu percaya diri bahwa dirinya tidak akan celaka
- Lupa kalau harus memakai APD
5. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan
Efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan pekerjaannya dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja tersebut melakukan kesalahan yang nantinya akan membahayakan dirinya sendiri.
Terlebih jika pekerjaan itu memerlukan konsentrasi tinggi, bekerja dengan terburu-buru hanya akan mengurangi konsentrasi pekerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan short cut tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan juga bisa meningkatkan terjadinya kecelakaan.